Wahid Wahyudi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur mengakui kualitas pendidikan di Jawa Timur secara umum menurun tajam dan dan banyak siswa yang stres sejak diterapkannya pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi.
“Karena pembelajaran jarak jauh dilaksanakan secara mendadak, sehingga kesiapan baik sarana prasarana dan bahan ajar belum sepenuhnya siap dengan baik. Sehingga dari hasil evaluasi beberapa bulan pasca dilaksanakannya PJJ, kualitas pendidikan menurun tajam,” kata Wahid saat mengudara dalam program Wawasan Bangkit di Radio Suara Surabaya, Kamis (19/11/2020).
Kualitas pendidikan yang menurun ini, menurut Wahid disebabkan banyak hal di antaranya tidak semua daerah terjangkau di internet, blank spot di dearah kepulauan, pegunungan, pedalaman, biaya kuota internet hingga tingkat literasi guru maupun siswa tentang teknologi digital.
“Keterbatasan guru dan siswa dalam mengoperasikan teknologi digital maupun pengetahuan tentang aplikasi pembelajaran yang terbatas. Termasuk sarana prasarana seperti handphone yang tidak smartphone, dalam satu rumah hanya ada satu smartphone, dan daya serap siswa yang rendah untuk mata pelajaran tertentu,” ucapnya.
Namun Wahyudi yakin kualitas pendidikan ini pada titik tertentu akan naik performanya ketika para guru, siswa, dan orang tua sudah terbiasa melakukan PJJ.
Dari hasil kunjungan yang dilakukan oleh Wahid ke berbagai sekolah di Jawa Timur, ditemukan beberapa kasus siswa yang stres karena terlalu lama tidak sekolah tatap muka.
“Kami ke Jember, ada anak SLB (Sekolah Luar Biasa) sampai menggunting rambutnya sendiri. Bahkan ada anak SLB yang setiap bangun tidur menangis karena merasa tidak disekolahkan orang tuanya. Sehingga orang tuanya mengantar ke sekolahan ditunjukkan sekolahnya masih tutup, sekarang masih libur. Baru dia tahu,” jelas Wahid. (dfn/ipg)