Sabtu, 23 November 2024

Kisah Bidan Indriyani Bantu Persalinan Sungsang di Pasar Pabean Surabaya

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Dari kiri ke kanan: Dokter Lilis, Mayor Erich dan Bidan Indriyani saat di Radio Suara Surabaya, Jumat (13/11/2020). Foto: Larasati suarasurabaya.net

Pada Senin (9/11/2020) siang, Pasar Pabean Surabaya mendadak ramai dikejutkan teriakan histeris seorang ibu yang hendak melahirkan. Tidak ada yang berani mendekat dan memberikan pertolongan. Namun seorang bidan yang kebetulan berada di Pasar Pabean memberanikan diri membantu proses persalinan, dengan tangan kosong meski pun tanpa menggunakan APD (alat pelindung diri) dan peralatan melahirkan yang memadai di tengah keramaian pasar.

Kronologinya, Siti Indriyani, Bidan PHL (pegawai harian lepas), Anggota Diskes Koarmada II hari itu sedang berada di Pasar Pabean untuk berbelanja kebutuhan kantor. Melihat Indriyani mengenakan pakaian dinas, ada warga yang menepuk punggungnya dan memintanya untuk membantu proses persalinan Siti Romlah, sang calon ibu.

Saat dilihat oleh Indriyani, kondisi kaki bayi sudah keluar sebelah. Ketika diperiksa lebih lanjut ternyata bayi berjenis kelamin laki-laki ini kondisinya sungsang terlilit tali pusar.

“Butuh waktu kaki ke atas perut paling nggak satu menit. Dari perut ke bahu dua menitan, dari bahu ke kepala itu yang sulit karena ada tiga lilitan tali pusar,” kata Indriyani saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Jumat (13/11/2020).

Ketika berhasil dikeluarkan, bayi tidak menangis. Indriyani berinisiatif untuk menghangatkan bayi meminjam sarung yang biasa dikenakan di atas kepala penjual di pasar untuk berjualan. Butuh waktu sekitar 15-20 menit hingga akhirnya bayi berhasil menangis setelah ditepuk-tepuk punggungnya.

“Mungkin terlalu lama di perut, saluran pernapasannya tersumbat air ketuban. Terus terlilit tali pusar makanya bayi tidak menangis,” imbuhnya.

Usai proses persalinan, bayi dan orang tua dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah untuk dipotong tali pusarnya dan mendapat pertolongan yang lebih memadai.

Diceritakan oleh Indriyani, Siti Romlah dan suaminya Senin siang itu sedang dalam perjalanan menuju RS Muhammadiyah setelah melakukan pemeriksaan di klinik dan mendapati pembukaan lengkap.

“Posisi memang sudah 9 bulan. Pertama ke klinik, sudah mau pembukaan lengkap disuruh langsung ke rumah sakit terdekat karena yang teraba bagian kaki. Jadi karena sungsang dilarikan ke rumah sakit terdekat yang ada fasilitasnya. Di pinggir jalan sudah tidak tahan, ada yang mengganjal mereka berhenti untuk minta tolong sama kuli panggul,” jelasnya.

Dokter Lilis Letda Kes/W Paur UGD RS Idris Siregar Diskes Koarmada II juga menjelaskan, dalam keadaan genting seperti yang dialami oleh Bidan Indriyani, bayi dan ibu harus diselamatkan sesegera mungkin.

“Posisinya kelilit tali pusar sebanyak tiga lilitan. Mau gak mau hitungan detik harus diselamatkan jalan nafasnya. Posisi bayi tidak menangis suatu tanda adanya gangguan di jalan pernapasan,” tuturnya.

Kejadian ini mendapat apresiasi dari Panglima Koarmada II yang disampaikan oleh Mayor Erich Mahardika, Perwira Public Affair TNI AL.

She is not a doctor. Bidan Indri ini hanya pegawai honorer lapangan,yang mungkin orang berpikir bagaimana mungkin seorang pegawai membantu proses persalinan dengan kondisi sungsang dan sempat tidak bernafas selama beberapa menit. Beliau berharap hal serupa juga dapat dilakukan oleh seluruh prajurit Koarmada II untuk peka terhadap kesulitan masyarakat di sekeliling dan menjunjung budaya saling tolong menolong,” ujarnya.

Bidan Indriyani menggendong Wira Ananta Rudira. Foto: Istimewa

Saat ini kondisi ibu dan bayi sudah sehat dan sudah keluar dari Rumah Sakit. Bayi laki-laki tersebut diberi nama yang mengandung unsur TNI AL di dalamnya, yaitu Wira Ananta Rudira yang artinya tabah sampai akhir. (dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs