Menikmati Sunrise di Kaki Gunung Penanggungan

Sunrise di kaki gunung Penanggungan, Trawas, Mojokerto tak kalah indah dengan sunrise di kawasan pegunungan lain di Jatim.

Sejak pukul 04.30 WIB, pendar mentari perlahan muncul dari balik perbukitan. Sang raja siang itu muncul, menyebarkan kehangatan di sekitarnya. Di sisi selatan, mulai tampak pemukiman di lereng Arjuno dan Welirang. Di sisi utara, tampak dari dekat gunung Penanggungan.

Suasana itu bisa didapatkan dari lokasi Ubaya Training Center (UTC) di Trawas, Mojokerto. Sebuah destinasi wisata edukasi di lereng gunung Penanggungan yang mulai Juli kemarin sudah kembali buka di masa new normal Covid-19.

Suasana lokasi di ketinggian 700 mdpl ini cukup sejuk. Betul-betul bisa menikmati pemandangan alam pegunungan sangat jelas. Gunung penanggungan di utara dan Arjuno Welirang di selatan.

Ubaya Training Center ini bagian dari Integrated Outdoor Campus (IOC) Ubaya yang di dalamnya terdapat banyak program wisata edukasi yang mereka sebut Plant Development Devision. Sebuah program yang mengembangkan pertanian organik, hasil bumi, pengelolaan budidaya tanaman, baik buah maupun pohon.

Di UTC sendiri, terdapat fasilitas wisata edukasi seperti kolam renang, hall, camping ground, pelatihan outbond, dan cottage.

Di tempat lahan pertanian organik bernama D Farm, anda bisa melihat dan belajar bagaimana budidaya buah salak. Ada lahan 4 hektar pohon salak, yang hasilnya bisa memotivasi para petani Trawas.

“Sekarang banyak petani menghasilkan salak pondoh di sini. Kami ajak para petani bekerjasama. Ada juga tanaman durian dan sayur organik. Selain itu ada peternakan sapi dan kambing,” ujar Theophilus Hermawan Wakil Direktur IOC, Sabtu (7/11/2020).

Theo bilang, di UTC juga terdapat Ubaya Penanggungan Center (UPC) yang bisa memberi pengetahuan pengunjung tentang jelajah situs-situs kuno di gunung Penanggungan. Kurang lebih ada 150 situs. Di UPC juga terdapat gallery foto situs kuno itu, beserta petanya.

Theo bilang, sebelum pandemi Covid-19 kunjungan di UTC bisa mencapai 1500 kunjungan perbulan. Lalu saat pandemi menghantam Jawa Timur sejak 7 bulan lalu, pengunjung sepi.

Pertengahan Maret ada surat pembatasan dari Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Kemudian PSBB di Surabaya raya diberlakukan. Sejak saat itu semua destinasi wisata lumpuh.

“Sampai kemudian baru bisa mulai membuka pada Juli secara bertahap, itu pun belum banyak pengunjung,” ujarnya.

Selama sepi pengunjung akibat hantaman Covid-19, UTC memutar roda ekonomi untuk operasionalnya dengan menjual sayur dan hasil bumi ke Surabaya. Lahan-lahan yang ditanami satur organik dan polowijo dikemas dijual ke Surabaya.

“Hasil bumi dan sayuran, buah buahan itu sedikit membantu,” katanya.

Theo menceritakan, pertanian budidaya sudah lama dilakukan Ubaya bersama petani lokal. Sekitar lima tahun terakhir, dikembangkan lagi mejadi lebi luas. Tidak hanya pertanian tapi juga produk hasil bumi lewat usaha kecil.

Program D Farm ini bisa menyulap lahan hijau menjadi perkebunan durian berbagai varietas. Kebun alpukat, blimbing, kopi liberica yang juga berhasil. Masih banyak lagi, seperti Buah Naga, Anggur, Pisang, Kakao Coklat, ada pula pohon sengon dan jati.

“Kami juga mengembangkan green house bunga Anggrek yang juga berhasil. Sayur organik juga,” katanya.

“Di IOC ini kami menyajikan sebanyak mungkin masyarakat bisa mendapatkan edukasi. Kita tetap butuh belajar dari pengalaman. Kalau bisa mengalami sesuatu secara nyata, maka kita bisa membangun karakter baik. Tempat ini bisa digunakan,” katanya.

Bila anda ingin suasana sunrise di kaki gunung Penanggungan, nikmatilah dari Ubaya Training Center, Trawas, Mojokerto.
Bulan kedua 2021 nanti, di sini mulai panen buah Salak dan Durian.

Tarif kunjungan di UTC ini bisa dihitung per rumah untuk cottage VIP, lalu pelatihan per kepala tergantung durasi waktu. Reservasi bisa hubungi ke nomor 08883722547 dan 088801555921.(bid/tin)