Sabtu, 23 November 2024

Menyaksikan Topi Awan di atas Gunung Welirang

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Fenomena Topi Awan terlihat dari Mojokerto, Kamis (5/11/2020). Foto: Fuad Maja FM

Warga Kabupaten Mojokerto disuguhi fenomena awan unik berupa Topi Awan di atas Gunung Welirang pada Kamis (5/11/2020).

“Tadi jam setengah enam di atas Gunung Welirang ada awan seperti topi. Bagus sekali, enggak seperti biasanya,” ungkap Afni warga Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto, Kamis (5/11/2020).

Dia menambahkan, bentuk sempurna kumpulan awan putih di atas Gunung Welirang yang membentuk topi tersebut terjadi pukul 05.30 WIB di mana matahari mulai terbit. Hembusan angin membuat awan yang membentuk topi memudar sekitar pukul 07.00 WIB.

Topi Awan bukanlah fenomena baru. Hal seperti ini pernah terjadi dan pernah terlihat di Gunung Welirang pada beberapa tahun yang lalu.

“Kalau warga sekitar kurang paham menyebutnya awan apa, yang jelas awan kali ini berbeda. Awalnya lebih bagus,” katanya kepada Fuad, Reporter Maja FM.

Hal serupa juga dikatakan Muhammad Ansor. Dia mengaku, fenomena awan unit di atas Gunung Welirang juga terlihat dari Kecamatan Gondang.

Fenomena Topi Awan terlihat dari Mojokerto, Kamis (5/11/2020). Foto: Fuad Maja FM

“Iya dari sini (Gondang, Red) juga kelihatan,” jelas warga Desa Pugeran, Kecamatan Gondang ini.

Menurutnya, kumpulan awan nampak berkumpul di sisi barat Gunung Welirang. Kemudian terhembus angin hingga membentuk awan seperti topi.

Sementara itu, Teguh Tri Susanto Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda Sidoarjo mengatakan, fenomena awan yang menumpuk yang nampak di atas Gunung Welirang merupakan awan jenis Lentikularis. Awan tersebut tumbuh di sekitaran gunung/dataran tinggi.

Kata dia, secara umum fenomena awan Lentikularis tidak menunjukan adanya tanda tanda bahaya, hanya saja menghawatirkan bagi dunia penerbangan.

“Cukup berbahaya jika ini dalam dunia penerbangan karena pesawat akan mengalami turbulensi/guncangan,”terangnya.

Dia menjelaskan, Awan Lentikularis terjadi akibat akibat adanya gelombang gunung atau angin lapisan atas (di atas permukaan) yang cukup kuat dari suatu sisi gunung yang membentur dinding pegunungan.

Sehingga, lanjut Teguh angin tersebut menimbulkan turbulensi di sisi gunung lainnya dan membentuk awan-awan bertingkat yang berputar seperti lensa.

“Awan-awan ini mengindikasikan adanya turbulensi atau putaran angin secara vertikal yang cukup kuat, sehingga berbahaya bagi penerbangan rendah seperti Helikopter di sekitar awan,” terangnya.

Fenomena awan ini secara meteorologi, tidak mengindikasikan fenomena lain seperti akan datangnya gempa atau bencana besar lainnya. Awan tersebut hanya mengindikasikan adanya turbulensi di lapisan atas (bukan di permukaan bumi).

Fenomena ini jarang terjadi dan hanya bersifat momentum atau waktu- waktu tertentu, biasanya ditandai adanya kecepatan angin yang cukup kuat lebih dari beberapa hari di sekitar pegunungan. (fad/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs