Satgas Penanganan Covid-19 menegaskan, dalam pengembangan vaksin, ada beberapa tahapan ketat yang harus dilalui sebelum diproduksi dan disuntikkan kepada masyarakat.
Wiku Adisasmito Koordinator Tim Pakar Satgas Covid-19 mengatakan, tahap pertama adalah penelitian dasar. Pada fase itu, ilmuwan menelusuri mekanisme potensial berdasarkan ilmu pengetahuan dan biomedis.
Tahap kedua, uji praklinis yaitu pengujian terhadap sel kemudian disuntikkan kepada hewan percobaan.
Kalau uji praklinis menyatakan vaksin aman, maka dilanjutkan dengan uji klinis fase 1 (melibatkan minimal 100 sampel), lalu fase 2 (melibatkan sekitar 500 sampel), dan uji klinis fase 3 (melibatkan 1000-5000 sampel).
Kemudian, sesudah fase 3 tuntas dan hasilnya memuaskan, kandidat vaksin bisa lanjut ke tahap persetujuan dari lembaga pengawas obat dan makanan serta kesehatan, untuk diproduksi massal.
“Proses pengadaan vaksin di Indonesia dilakukan melalui tahapan yang kompleks. Melibatkan berbagai kementerian, lembaga negara dan BUMN. Indonesia terus melakukan upaya pengadaan vaksin dan memproduksi vaksin secara mandiri. Proses pengembangan vaksin mau pun vaksinasi perlu dilakukan secara hati-hati, tapi tetap tanggap menghadapi perubahan yang sangat dinamis di masa pandemi,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (31/10/2020).
Sebelumnya, dalam rapat kabinet terbatas, Senin (26/10/2020), di Istana Merdeka, Jakarta, Joko Widodo Presiden mengingatkan supaya vaksin yang nantinya disuntikkan kepada masyarakat betul-betul aman dan efektif.
Presiden tidak mau sampai ada kesan pemerintah tergesa-gesa melakukan vaksinasi, sehingga mengesampingkan prosedur ilmiah seperti uji pra klinis dan uji klinis.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengingatkan, vaksin yang belum teruji keamanan dan efektivitasnya, akan membuat masyarakat tidak percaya dengan program vaksinasi.
Sekadar informasi, kandidat vaksin anti Covid-19 yang akan dipakai dalam program vaksinasi massal, masih tahap uji klinis fase 3 untuk memastikan keamanan, efek samping dan rentang dosis aman untuk tubuh manusia.
Kandidat vaksin itu antara lain hasil kolaborasi BUMN farmasi dengan perusahaan luar negeri, yaitu Bio Farma dengan Sinovac dari China, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan.(rid/dfn/ipg)