Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengungkapkan, rendahnya tingkat mobilitas penduduk selama masa pandemi Covid-19 akan berdampak pada menurunnya angka kasus baru dan kematian.
Maka dari itu, Satgas Covid-19 menekankan pentingnya pembatasan mobilitas orang di seluruh daerah pada masa libur panjang, tanggal 28 Oktober sampai 1 November 2020.
Dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (20/10/2020), Wiku Adisasmito Juru Bicara Satgas Covid-19 mengajak masyarakat belajar dari pengalaman libur Idulfitri (22-25 Mei 2020) dan libur Hari Kemerdekaan (20 Agustus).
Menurut data Satgas Covid-19, pascaliburan Idulfitri, ada kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan sekitar 69-93 persen, dalam rentang waktu 10 sampai 14 hari.
Lalu, pascalibur HUT ke-75 Kemerdekaan Indonesia, jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan naik 58 sampai 118 persen pada pekan ketiga Agustus, dengan rentang waktu 10 sampai 14 hari.
“Hal itu dipicu karena kerumunan di berbagai lokasi yang dikunjungi masyarakat selama liburan, serta tidak patuhnya masyarakat terhadap protokol kesehatan,” ujarnya.
Berdasarkan sejumlah penelitian, kata Dokter Wiku, pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 20 persen, bisa melandaikan kurva kasus sebanyak 33 persen, dan menunda kemunculan puncak kasus selama dua pekan.
Lalu, pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 40 persen, bisa melandaikan kurva kasus Covid-19 sebanyak 66 persen, dan menunda kemunculan puncak kasus selama empat pekan.
Bahkan pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 60 persen bisa melandaikan kurva kasus sebanyak 91 persen, dan menunda kemunculan puncak kasus selama 14 pekan.
“Menurut penelitian Zhou, et Al (2020), pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 20 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 33 persen, dan menunda kemunculan puncak kasus selama 2 minggu. Ini adalah hal yang penting,” tegasnya.
Wiku menyebut studi lainnya dari Yilmazkuday tahun 2020, dengan judul “Stay at Home Worth to Fight Against Covid-19: International Evidence from Google Mobility Data”, yang dibuat dari 130 negara.
Studi itu menyatakan; Jika 1 persen peningkatan masyarakat yang berdiam di rumah akan mengurangi 70 kasus dan 7 kematian mingguan. Bahkan 1 persen pengurangan mobilitas masyarakat menggunakan transportasi umum baik di terminal bus, stasiun kereta atau bandara, akan mengurangi 33 kasus dan 4 kematian mingguan.
“Satu persen pengurangan kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan mau pun tempat rekreasi, juga akan mengurangi 25 kasus dan 3 kematian mingguan. Begitu juga apabila terjadi pengurangan satu persen ke tempat kerja atau work from office, akan mengurangi 18 kasus dan 2 kematian mingguan. Bisa kita bayangkan berapa banyak nyawa yang bisa kita lindungi dengan pengurangan kunjungan seperti tadi,” katanya.
Pada kesempatan itu, Koordinator Tim Pakar Satgas Covid-19 menyampaikan sejumlah cara untuk mengantisipasi penularan Covid-19 pada waktu libur panjang.
Pertama, masyarakat yang melakukan kegiatan di luar rumah, wajib mematuhi protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, serta menghindari kerumunan.
Kedua, masyarakat yang menerima kunjungan keluarga dari daerah lain tetap perlu menerapkan protokol pencegahan Covid-19.
Ketiga, Satgas Covid-19 mendorong perusahaan mendata karyawannya yang pergi ke luar kota, khususnya daerah dengan tingkat risiko penularan sedang dan tinggi (zona oranye atau merah).
Selain itu, Satgas Covid-19 meminta perusahaan mewajibkan karyawannya melakukan isolasi mandiri, kalau ada yang merasakan gejala terinfeksi Virus Corona sesudah libur panjang.(rid)