Sabtu, 23 November 2024

Ciptakan Dermaga Apung HDPE, Prihatin Sistem Bongkar Muat Sapi

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Alwi dan karyanya dalam bentuk maket. Foto: Humas ITS Surabaya

Mahasiswa Departemen Teknik Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya rancang desain dermaga apung sebagai solusi sistem bongkar muat sapi di Pelabuhan Rakyat (Pelra) Dungkek, Kabupaten Sumenep, Madura.

Dermaga apung karya Tugas Akhir (TA) dari Alwi Sina Khaqiqi ini menawarkan konsep yang lebih animal welfare.

Mahasiswa yang akan diwisuda pada bulan Maret mendatang ini mengusulkan ide dermaga apung tersebut untuk proses bongkar muat sapi yang selama ini masih terlihat cukup memprihatinkan.

Alwi mengungkapkan, selama ini proses bongkar muat sapi dari Pulau Sapudi ke Kabupaten Sumenep masih dilakukan dengan cara melemparkan sapi ke laut. Hal ini lantaran kapal pengangkut sapi tidak bisa bersandar di dermaga utama.

“Padahal, Pulau Sapudi memiliki produksi sapi tertinggi nomor dua se-Jawa Timur,” terang Alwi.

Alwi mengatakan, pelemparan secara paksa sapi-sapi tersebut akan berakibat pada turunnya berat sapi hingga 5 kilogram.

“Sehingga, hal ini juga mengakibatkan harga jual sapi ketika sampai di Sumenep turun hingga 20 persen,” tambah Alwi.

Tidak hanya itu, terkadang sapi yang dilemparkan ke laut juga tidak langsung menuju bibir pantai, lanjut Alwi, melainkan malah ke tengah laut dan menyulitkan, bahkan tak jarang akhirnya ada yang mati.

Berawal dari kondisi tersebut, Alwi mendesain dermaga apung dengan menggunakan High Density Polyethylene (HDPE). Alwi sengaja menggunakan dermaga HDPE dengan alasan dari segi investasinya yang lebih murah jika dibandingkan dengan dermaga yang terbuat dari beton.

Selain itu, dermaga ini juga memiliki nilai estetika dan proses pengerjaannya yang relatif cepat. “Waktu pemasangan dermaga apung dengan menggunakan HDPE ini hanya sekitar 20 hari,” papar mahasiswa angkatan 2014 ini.

Berdasarkan hasil penelitian TA ini, Alwi mengungkapkan jika nilai kelayakan dari desain dermaga apung rancangannya yaitu sekitar 1,35. “Jika nilai kelayakan di atas angka 1, maka dermaga layak untuk diimplementasikan,” ujar Alwi.

Untuk cara kerjanya sendiri, sambung Alwi, desain dermaga dengan panjang sebesar 40 meter dan lebar 1 meter ini hanya perlu disejajarkan dengan kapal pengangkut sapi tersebut. Sehingga memudahkan untuk aktivitas bongkar muat di pelabuhan tersebut.

Alwi juga menambahkan, dermaga apung besutannya itu nantinya mampu memuat sekitar 30 hingga 100 ekor sapi untuk setiap bongkar muat.

“Beban ini disesuaikan juga dengan pengiriman sapi yang biasanya di Pelabuhan Rakyat Dungkek yang dilakukan dua kali dalam seminggu, yakni tiap hari Kamis dan Sabtu,” kata Alwi lagi.

Dengan bimbingan Achmad Mustakim ST MT MBA dan Eka Wahyu Ardhi ST MT, Alwi juga mengantisipasi adanya ombak yang bisa mengenai dermaga apung tersebut nantinya.

Untuk itu, Alwi menambahkan tiang pancang atau dolphin pada beberapa sudut pelabuhan. “Dolphin inilah yang nantinya akan menahan ombak agar tidak langsung mengenai dermaga,” kata Alwi.

Ke depannya, mahasiswa asal Banyuwangi ini berharap agar ide karyanya tersebut tidak hanya berhenti sebagai hasil penelitian TA saja, melainkan dapat diimplementasikan juga secara langsung di Pelabuhan Rakyat Dungkek tersebut nantinya.(tok/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs