Buku berjudul Jejak Langkah Puan memang bagian dari buku HIIB (Hidup Ini Indah, Beib) ke 5, Perempuan Mbolang yang sudah ada sebelumnya. Tetapi bukan sekedar buku yang berisi kisah perjalanan semata dari para penulisnya. Lebih dari itu.
Tidak melulu bicara tentang destinasi, bagaimana cara menuju sana, atau menu khas yang harus dicoba di sana, melainkan catatan tentang petualangan rasa yang dialami penulisnya. Bagaimana rasanya jika seorang yang phobia pesawat terbang harus berjuang setiap akan memulai perjalanannya, ada dalam tulisan Sisca Maya, Fright to Fly, but Fly Aniway.
Bagaimana piknik yang seharusnya simpel tetapi ternyata harus berkutat dengan 8 ekor ayam hidup seperti cerita Endang P. Uban dalam Perjalanan ala Ninja Hatori. Atau bagaimana jumpalitannya seorang guide yang harus menata sekolah yang sedang libur seolah-olah sedang ada kegiatan belajar karena ada serombongan turis Rusia yang ingin mengetahui kehidupan masyarakat Tengger seperti yang ditulis oleh Yoni Astuti dalam Bromo Tidak Selalu Sun Rise.
Tidak hanya itu, masih sekitar 17 kisah perjalanan lainnya yangdapat dinikmati pada buku Jejak Langkah Puan, yang Sabtu (10/10/2020) ini diluncurkan.
Menarik, karena tidak semua yang tergabung dalam buku ini adalah penulis atau traveller, meski ada juga mantan wartawan dan guide profesional yang ikut berbagi cerita. Meski demikian, Padmedia Publisher sebagai penerbit tetap memegang komitmen untuk menerbitkan tulisan dengan kualitas setara penulis profesional.
Dari sekitar 50 tulisan yang masuk dilakukan kurasi untuk penentuan layak muat atau tidak, dilanjutkan dengan proses editing dan coaching kepada mereka yang tulisannya lolos. Di tahap ini pun beberapa tulisan berguguran sehingga akhirnya tersaring 20 tulisan yang masuk dalam buku Jejak Langkah Puan.
Serial HIIB (Hidup Ini Indah Beib) juga tidak berhenti sampai di sini. Setelah ini akan terbit HIIB edisi para dokter yang akan bercerita tentang suka duka mereka dalam menjalani profesinya, dilanjutkan dengan HIIB versi lelaki dalam Hidup Ini Indah, Brow yang akan bercerita tentang Patah Hati ala Lelaki.
Inilah cara Padmedia Publisher untuk konsisten menerbitkan buku yang berkualitas, bagi mereka yang belum pernah menulis sekalipun. Menerbitkan buku bukan lagi impian di awang-awang bagi mereka yang ingin mempunyai buku karya sendiri, minimal sekali dalam hidupnya.
Ini juga diwujudkan dalam bentuk pelatihan-pelatihan menulis, baik cerpen maupun esai, yang sebagai wujud kelulusan para siswanya adalah karya berupa buku.
Sesuai visi dan misi Padmedia Publisher, kami akan terus menggaungkan semangat literasi seperti yang selalu disampaikan oleh Wina Bojonegoro, CEO dan Founder Padmedia Publisher, Menulislah agar kau akan selalu dikenang, karena menulis adalah prasasti.
“Suatu hal yang sangat disyukuri, mengingat saat ini adalah masa pandemi yang membuat gerak langkah kami, Padmedia Publisher, sangat terbatas. Suatu ironi, mengingat ini adalah buku tentang jalan-jalan tetapi saat peluncuran bukunya para penulis yang terdiri atas 20 perempuan ini malah berada di rumah masing-masing. Tapi ternyata ini justru melahirkan kreativitas kami untuk menyelenggarakan peluncuran buku secara virtual di
hotel Singgasana Surabaya,” tulis Wina Bojonegoro dalam rilisnya, Sabtu (10/10/2020). (tok/ang)