Jumat, 22 November 2024

Sidoarjo Butuh Pemimpin Perempuan, Ketua FKUB Ajak All Out Menangkan Dwi Astutik

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
ketua-fkub-sidoarjo Ketua FKUB Sidoarjo. Foto: Istimewa

Figur perempuan cukup mewarnai kepemimpinan di Surabaya dan sekitarnya. Mulai Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya; Ika Puspitasari Wali Kota Mojokerto; hingga Kartika Hidayati Wakil Bupati Lamongan. Bahkan Jawa Timur dipimpin gubernur perempuan, Khofifah Indar Parawansa.

Situasi itu, kata KH Mohammad Kirom Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sidoarjo menandakan bahwa masyarakat semakin ‘haus’ adanya figur pemimpin perempuan dalam paket kepemimpinan daerah. Termasuk di Kabupaten Sidoarjo.

“Kalau hanya didominasi laki-laki, maka aspirasi dan hubungan intens antara pimpinan dengan masyarakat yang dipimpin kurang dekat. Sampai saya umur 50 lebih ini, di Sidoarjo belum ada pemimpin perempuan,” katanya di Waru, Sidoarjo, Rabu (7/10/2020).

Kehadiran Dwi Astutik sebagai pendamping Kelana Aprilianto, kata dia, adalah figur yang perlu disukseskan di Pilkada 2020. Kalau yang lain (dua pasangan calon lainnya) sih sudah jelas, laki-laki semua.

Selain itu, masyarakat Sidoarjo adalah mayoritas warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Astutik, menurutnya, Kiai Kirom satu-satunya kader NU yang memang dipersiapkan untuk estafet kepemimpinan.

“Mulai dari tingkat bawah IPPNU, naik ke Fatayat NU, hingga pada tingkat Muslimat NU, itu namanya kader. Maka saya sangat bangga dan senang sekali, kehadiran beliau (Astutik) harus all out kita menangkan,” ucapnya.

“Artinya, kehadiran beliau (Astutik) senantiasa kita jadikan sebagai jembatan aspirasi rakyat yang notabene mayoritas di Sidoarjo itu memang ala Ahlussunnah wal Jamaah,” imbuhnya.

Haji Masnuh Ketua Tim Pemenangan Kelana Aprilianto-Dwi Astutik menambahkan, Sidoarjo bukan lagi saatnya diwarnai kepemimpinan perempuan tapi sebenarnya sudah telat.

“Bisa dibilang terlambat ya, karena daerah lain di Jatim sudah memunculkan pemimpin perempuan. Mulai wali kota, bupati, wakil bupati, bahkan gubernurnya juga perempuan. Maka ini saatnya memenangkan Pak Kelana-Bu Dwi Astutik,” katanya.

Menurut Masnuh, dengan dipimpin duet laki-laki dan perempuan, akan lebih memudahkan memajukan Kabupaten Sidoarjo karena komunikasi pelaksanaan program menjadi lebih terbangun.

“Ibu Dwi Astuti bisa membina ibu-ibunya, Pak Kelana membina bapak-bapaknya. Jadi kan klop,” tandas ketua tim pemenangan Khofifah-Emil Dardak di Pilgub Jatim 2018 wilayah Sidoarjo tersebut.

Dwi Astutik mengatakan, potensi perempuan di Sidoarjo menurutnya tidak kalah dengan Surabaya. Namun, menurutnya, potensi itu belum muncul.

“Potensi emak-emak di Sidoarjo ini luar biasa dan tak kalah dengan Surabaya. Hanya saja, mohon maaf, saat ini potensi itu belum ter-blow up. Eksistensi diri perempuan di Sidoarjo belum ter-blow up,” kata Astutik.

Karena itu, lanjut Astutik, banyak program pemberdayaan yang akan dia lakukan termasuk keterlibatan perempuan di dalam UMKM yang dilihatnya selama ini masih berjuang sendiri.

“Seringkali akses-akses tidak didapatkan. Ya akses pendanaan, akses pendidikan, akses untuk mendapat produk unggulan, seringkali mereka berikhtiar sendiri. 200 ribu lebih UMKM di Sidoarjo dan masih banyak yang belum tersentuh,” paparnya.

Jadi, tandas Astutik yang juga wakil sekretaris PW Muslimat NU Jatim, jika dirinya terpilih bersama Kelana memimpin Sidoarjo maka kondisi perekonomian, terutama di level UMKM, akan lebih diperkuat.

“65 persen pendapatan dari UMKM ini sangat membantu, selain industri lainnya, juga pertanian maupun perikanan. Tentu kami tak akan meninggalkan para milenial, karena ini perlu diikhtiarkan untuk perkerjaan baru,” ujarnya.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs