Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang farmasi mendapat tugas dari pemerintah untuk mempercepat penanggulangan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Upaya percepatan itu meliputi pencegahan melalui penyediaan vaksin, penanganan melalui pengobatan dan pemberian multivitamin, serta melalui penyediaan alat kesehatan.
Honesti Basyir Direktur Utama PT Bio Farma Holding BUMN Farmasi mengatakan, dua perusahaan farmasi negara sudah mampu memproduksi obat untuk penanganan Covid-19.
“PT Kimia Farma sudah memproduksi Favipiravir obat untuk terapi Covid-19,” ujarnya di sela rapat Holding BUMN Farmasi, di Jakarta, Minggu (4/10/2020).
Selain itu, PT Phapros anak perusahaan PT Kimia Farma juga berhasil memproduksi beberapa obat untuk penanganan Covid-19, antara lain Chloroquine, Hydroxychloroquine, Azithromycin, Favipiravir, Dexamethasone dan Methylprednisolon.
Di tempat yang sama, Verdi Budidarmo Direktur Utama PT Kimia Farma mengungkapkan, Kimia Farma juga memproduksi beberapa multivitamin penambah daya tahan tubuh seperti Vitamin C (tablet dan injeksi).
“Kami sudah produksi Becefort, Fituno dan Geriavita sebagai tambahan produk untuk menjaga daya tahan tubuh,” kata Verdi.
Lebih lanjut, Verdi Budidarmo menjelaskan obat Favipiravir untuk terapi Covid-19 diproduksi Kimia Farma sendiri, dan merupakan produk pertama di Indonesia yang dikembangkan sendiri oleh BUMN.
Obat tersebut sudah mendapatkan Nomor Ijin Edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta akan segera didistribusikan ke seluruh layanan kesehatan sesuai regulasi pemerintah.
Selain obat-obatan dan multivitamin, PT Kimia Farma melalui jaringan ritelnya juga mendistribusikan alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer, serta melakukan layanan pemeriksaan rapid test hasil produksi sendiri, dan PCR Test di seluruh jaringan layanan kesehatan PT Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sementara itu, PT Indo Farma siap memasarkan Remdesivir obat anti-Corona dengan nama dagang Desrem.
Obat tersebut diproduksi Mylan Laboratories Limited, atas lisensi dari Gilead Sciences Inc, Foster City, United States of America.
“Produk yang akan kami pasarkan dalam waktu dekat adalah Desrem™ Remdesivir Inj 100mg, yang
telah mendapatkan persetujuan Emergency Use Authorization (EUA) di Indonesia, dan telah disetujui
oleh BPOM melalui penerbitan Nomor Izin Edar yang sudah diterbitkan pada tanggal 30 September 2020,” ucap Arief Pramuhanto Direktur Utama PT Indo Farma.
Desrem™ Remdesivir Inj 100mg yang merupakan obat untuk pasien rawat inap Covid-19 dalam kondisi sedang-berat, lanjut Arief, akan mulai dipasarkan pekan depan.
Ketersediaan stock untuk bulan Oktober, sudah ada sekitar 400 ribu vial dengan harga yang terjangkau masyarakat.
Kemudian, PT Indo Farma juga memproduksi Oseltamivir 75 gr Caps, antiviral unggulan yang menjadi rujukan pengobatan Covid-19 di berbagai rumah sakit.
“Oseltamivir 75 gr Caps merupakan produk yang sudah memiliki sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri senilai 40.06 persen, dan telah diproduksi sendiri PT Indo Farma dengan kapasitas produksi 4,9 juta kapsul per bulan, sehingga diharapkan bisa mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Arief Pramuhanto menambahkan, selain obat-obatan, PT Indo Farma juga memproduksi alat kesehatan seperti Medical Face Mask 3Play (Inamask), Hand Sanitizer (Clind), Rapid Test (Smart Diagnostic Covid19), Mobile Diagnostic Real Time PCR, Produk Isolation Transport dan Virus Transport Media (VTM).
Sedangkan PT Bio Farma sebagai induk Holding BUMN Farmasi, punya tugas utama pengadaan Vaksin Covid-19 hasil kolaborasi dengan Sinovac yang masih dalam tahap uji klinis di Bandung.
Sampai akhir September 2020, sudah ada 1319 relawan yang mendapatkan suntikan pertama, 656 relawan mendapatkan suntikan kedua, dan 244 relawan dalam tahap pengambilan darah pascasuntikan kedua.
Berdasarkan data Tim Riset Vaksin Universitas Padjadjaran, sampai sekarang, belum ada laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius akibat vaksin atau vaksinasi. (rid/ang)