Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengukuhkan tiga guru besar dari berbagai bidang keahlian di Aula Garuda Mukti Unair, Surabaya pada Sabtu (26/1/2019). Tiga profesor perempuan yang dikukuhkan ini masing-masing yaitu Prof. Tanti Hendriana, Prof. Hening laswati Putra, dan Prof. Cita Rosita Sigit Prakoeswa.
Prof. Nasih Rektor Universitas Airlangga mengatakan, pengukuhan guru besar kali ini sungguh istimewa.
“Hari ini pengukuhan yang istimewa. Ini bulan pertama di 2019 dan (Unair,red) sudah mengukuhkan 3 guru besar. Semuanya perempuan,” ujarnya ketika memberi sambutan pada pengukuhan tiga guru besar tersebut.
Ia juga memberi semangat kepada ketika guru besar baru tersebut atas diterimanya jabatan akademik tertinggi di Universitas Airlangga. Menurutnya, guru besar adalah jabatan yang menandakan seseorang menjadi bagian dari cendekiawan sesungguhnya.
“Seorang guru apalagi guru besar, harus bisa digugu dan ditiru. Menjadi teladan. Sebagai cendekiawan, bertugas memberi cahaya dan penerangan bagi umat manusia,” katanya menasehati.
Ia juga mengingatkan agar guru besar tidak menjadi seperti menara gading yang berada di posisi nyaman sehingga melupakan realitas di bawahnya. Nasih menegaskan, guru besar harus mampu menerangi umat manusia dengan ilmu yang dimilikinya.
Pada pengukuhan guru besar Unair ini, Prof. Tantri membawakan orasi ilmiah dengan judul “Green Marketing dan Green Buying Behavior untuk Menyelamatkan Bumi dan Isinya”. Orasi ini berbicara mengenai pentingnya kesadaran perusahaan dan konsumen dalam mendorong terciptanya lingkungan yang lestari dan nyaman untuk keberlangsungan hidup manusia di bumi.
Sedangkan Prof. Hening yang ahli di bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Perkembangan Masa Depan Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Sebagai Strategi Pencegahan Disabilitas dan Membangun Kesadaran Human Right Penyandang Disabilitas”. Orasi ini mengingatkan pentingnya integrasi berbagai sektor untuk memecahkan masalah barrier penyandang disabilitas.
Prof. Cita yang berfokus pada persoalan penyakit Kusta mengangkat orasi ilmiah berjudul “Kusta Melawan Kesejahteraan, Menantang Ilmuwan (Menuju Penghentian Transmisi M.leprae dengan Kolaborasi Lintas Sektor dalam Academic Health System Melalui Pencegahan Dini Disregulasi Imunitas)”. Orasi ini menyerukan pada Perguruan Tinggi untuk mampu berkolaborasi dengan Rumah Sakit Pendidikan Utaka, Rumah Sakit Jejaring, dan Puskesmas dalam menciptakan Academic Health System. (bas/tin/ipg)