Azis Syamsuddin Wakil Ketua DPR RI, siang hari ini, Jumat (2/10/2020), membuka acara Pameran Lukisan dalam rangka HUT ke-150 Mahatma Gandhi dan hari Anti-Kekerasan Dunia yang diperingati Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) setiap 2 Oktober.
Pemeran lukisan para seniman Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di Gedung DPR RI yang merupakan hasil kerja sama Kedutaan India dan DPR RI, dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Dalam sambutannya, Azis mengapresiasi inisiatif Pradeep Kumar Rawat Duta Besar India untuk Indonesia yabg melibatkan para seniman asli Indonesia.
Pimpinan DPR bidang Korpolkam menilai itu sebagai penghormatan dan pengakuan karya anak bangsa.
“Mahatma Gandhi adalah monumen kemanusiaan yang menjulang tinggi. Nilai-nilai yang diajarkannya mampu melintasi batasan ruang, waktu, ras, budaya, agama, dan negara-bangsa. Maka, tidak berlebihan kalau saya katakan Gandhi adalah anak semua bangsa. Dia bukan cuma milik Bangsa India, tapi milik segala bangsa dan seluruh umat manusia di dunia,” ujarnya di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta.
Legislator Partai Golkar itu menambahkan, India dan Indonesia memiliki kesamaan nilai-nilai luhur yang menjadi landasan politik luar negeri, yaitu menjunjung tinggi inklusifitas secara bebas dan aktif.
Azis Syamsuddin menekanan Indonesia dan India harus bisa menjadi sahabat semua bangsa, dalam mewujudkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Landasan nilai-nilai itulah yang menjadi acuan Indonesia selama menjabat sebagai Anggota DK PBB periode sekarang.
“Bukan satu kebetulan bila hari ini di Indonesia kita memperingati hari Anti-Kekerasan Dunia PBB yang juga betepatan dengan HUT Mahatma Gandhi Ke-150 tahun. Sebab, pada dasarnya nilai-nilai yang disampiakan Gandhi memiliki tarikan napas yang sama dengan nilai-nilai budaya yang tertanam di seluruh gugusan pulau-pulau di Nusantara. Nilai-nilai itulah yang sekarang menjadi pondasi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercermin dalam Pancasila,” paparnya.
Pada kesemptan itu, Azis mengajak India bersama Indonesia membenahi tatanan dunia. Menurutnya, musuh besar sebuah negara sebenarnya bukan negara lain, melainkan sesuatu yang melampaui dirinya (beyond state), seperti masalah perubahan iklim, kerusakan lingkungan hidup, krisis energi, dan pandemi Covid-19.
“Semua masalah di atas mengancam kehidupan semua bangsa tanpa pandang bulu, dan solusinya tidak mungkin ditanggulangi sendiri-sendiri. Tanpa semangat gotong royong, solidaritas, dan kerja sama multilateral, semua tantangan global itu akan sulit kita atasi. Lagi pula, di hadapan bencana global yang sedang kita hadapi sekarang, senjata terbukti tidak berdaya. Ini jelas sebuah isyarat nyata, bahwa konflik atau pun perang sudah selayaknya dimasukan ke dalam museum sejarah peradaban manusia,” pungkasnya.
Senada dengan Azis Syamsuddin, Pradeep Kumar Rawat Dubes India menekanan India dan Indonesia memiliki persamaan presepsi tentang Indo-Pasifik yang inklusif selaras dengan nilai-nilai filosofi dari Mahatma Gandhi.
“India-Indonesia perlu berperan aktif menjaga perdamaian dunia, khususnya dalam pengembangan konsep Indo-Pasifik yang inklusif dan damai,” katanya.(rid/lim)