Jumat, 22 November 2024

Jelang Akhir Jabatan, Risma Suarakan Lagi Tolak Tol Tengah

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya kembali meneguhkan penolakannya pada gagasan Tol Tengah Kota yang sekarang kembali menjadi proyek prioritas di Provinsi Jatim. Foto: Abidin/suarasurabaya.net

Di akhir masa jabatannya yang tersisa enam bulan, Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya kembali meneguhkan penolakannya pada gagasan Tol Tengah Kota yang sekarang kembali menjadi proyek prioritas di Provinsi Jatim.

“Saya tidak ngawur bangun Surabaya ini. Basic saya S-1 Arsitek, S-2 Urban Management, dan Trainingku banyak. Ada masalah transportasi, pembangunan kota, masalah drainase, dan banyak lagi,” katanya Risma di rumah dinasnya, Jumat sore kemarin.

Risma kemudian menegaskan kembali tiga alasan pokok penolakannya pada Tol Tengah Kota. Risma mengaku tidak ingin warga Surabaya semakin miskin karena jalan-jalan yang dilalui berangkat bekerja harus bayar.

“Kenapa saya menolak tol tengah. Karena warga saya minimal 20 tahun ke depan sebaguna besar masih bisa naik motor di jalan. Kalau pakai tol tetap bayar. Kalau bayar kapan sugihe (kaya), kapan sejahteranya, dia kerja saja lewat jalan yang harus bayar,” kata Risma.

Menurut penilaian Risma, kalau sebuah kota itu menjadi mahal maka kota itu tidak akan efisien, karena di dalam kota itu yang bisa bertahan yang kuat saja. Kalau kesenjangan terjadi, maka kota itu rentan konflik. “Disulut dikit pasti ribut, gampang terjadi amarah, dan demonstrasi,” katanya.

Risma mengatakan, alasan kedua, karena kontruksi tol tengah dengan koridor utara ke selatan, maka bisa menyumbat aliran air menuju sungai besar sehingga banjir kian tak teratasi di Surabaya.

“Sebab, aliran sungai di Surabaya itu lebih banyak dari barat ke timur. Sedikit sekali yang dari selatan-utara itu hanya sungai di Banyu Urip ke utara. Tapi yang lain dari barat ke timur,” katanya.

Risma mencontohkan kalau konstruksi tol bisa menghambat pembuangan air di pemukiman. Dia menceritakan, waktu penanganan banjir di kawasan Ketintang. Dia kesulitan membuat saluran menuju Kali Surabaya karena terbentur tol.

“Kita waktu menangani banjir di Ketintang, kalau ke timur sulit karena menerobos rel kereta api. Itu di daerah Wonocolo kita tidak bisa karena sering ditutup warga, akibatnya air di Ketintang gak bisa keluar sehingga kita coba balik ke barat ke kali Surabaya. Tapi kena jalan tol, kita sulit buat saluran pembuangan ke sana,” katanya.

“Kalau koridor tol dibangun maka akan sulit aliran air ke sungai. Pasti ada hambatan kontruksi,” kata Risma.

Lalu, Risma mengatakan kalau pemimpin itu perlu memahami arsitektur berbagai daerah di Indonesia. Dia mengaku telah belajar arsitektur Jawa dan Bali untuk menentukan letak bangunan.

“Pernahkan kita belajar tentang arsitek berbagai daerah. Saya belajar feng shui Asta Kosala Kosali dari Bali, saya belajar arsitektur Jawa,” katanya.

Dia mengungkapkan, kenapa membuat alun-alun di tengah kota meskipun di bawah atau bassement. Menurutnya itu sudah sesuai arsitektur jawa. Alun-alun yang di pinggirnya ada Masjid dan gedung DPRD.

“Arsitektur Jawa itu utara-selatan. Kenapa bangunan yang menghadap ke utara dan ke selatan itu lebih dingin karena angin bertiup dari timur ke barat. Lalu tidak ada kontruksi masif di depannya,” katanya.

Sekali lagi Risma menolak Tol Tengah Kota karena bangunan masif.

“Tol tengah kota itu bangunannya masif. Tidak bisa kota itu untung saja, ada yang rugi tapi untuk kesejahteraan dan pendidikan sebagai investasi masa depan,” katanya.

Jalan Tol Tengah Waru-Wonokromo-Tanjung Perak, yang pernah menjadi proyek strategis nasional tapi tak kunjung terwujud sejak 2013 lalu, masuk proyek prioritas Peraturan Presiden (Perpres) 80/2019.

Dalam Perpres Percepatan Pembangunan di Jatim itu, estimasi investasi proyek Tol Tengah, yang jadi bagian pengembangan kawasan Gerbangkertasusila, itu senilai Rp6,491 triliun.

Sesuai yang termuat dalam Lampiran Perpres 80/2019, investasi pengerjaan proyek Tol Tengah ini akan dibiayai dengan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha.

Ketika proyek Tol Tengah ini menjadi proyek strategis nasional pada 2013 silam, pemerintah mengestimasikan investasi senilai Rp11 trilliun. Tapi proyek ini mandeg karena ditolak Pemkot Surabaya. (bid/tin/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs