Sabtu, 23 November 2024

DBD di Jatim Tembus 2.600 Kasus Lebih: Ponorogo KLB, Jatim Belum

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi.

Sampai Senin (28/1/2019) sore pukul 17.00 WIB, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur mendata jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur sudah mencapai angka 2.660 kasus.

Seminggu lalu, berdasarkan data yang tercatat hingga Senin (21/1/2019), jumlah kasus DBD di Jatim pada angka 1.634 kasus, atau meningkat sebanyak 1.026 kasus di awal pekan ini.

Wabah penyakit menular melalui nyamuk aedes aegypti di Jawa Timur ini telah menyebabkan 42 warga dari berbagai daerah meninggal. Ada 10 kematian baru sejak pekan lalu akibat wabah ini.

Meski DBD di Jatim pada Januari 2019 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, wabah ini belum dinyatakan Kondisi Luar Biasa (KLB) oleh Pemerintah Provinsi.

“Mengenai Jatim, kami belum bisa menyampaikan sebagai KLB,” ujar Kohar Hari Santoso Kepala Dinkes Jatim, Senin (29/1/2019). DBD di Jatim belum KLB karena tidak semua kabupaten/kota pada kondisi sama.

Padahal, secara nasional, Jawa Timur termasuk dalam lima provinsi dengan jumlah kasus DBD terbanyak. Kohar menegaskan, peringkat atau ranking kasus DBD itu menjadi tidak penting.

“Yang lebih penting, bagaimana kita bertindak mengatasi keadaan. Mau peringkat berapapun, harus ada gerakan untuk menjaga masyarakat supaya tidak sakit,” katanya.

Pemprov Jatim, kata dia, mendorong setiap kabupaten/kota melakukan gerakan promotif-preventif. Dari mengatasi sarang nyamuk, membersihkan bak air berisi jentik nyamuk, dan meningkatkan pemahaman masyarakat.

“Masyarakat supaya menjaga diri agar tidak ketularan, kalau ada gejala panas segera berobat secara dini, dan puskesmas maupun rumah sakit supaya lebih waspada memasukkan kecurigaannya kalau seseorang itu sakit demam berdarah. Tolong, diperiksa betul, baik secara klinis, laboratorium, maupun yang lebih canggih secara sirologis,” ujarnya.

Dinkes Jatim, kata Kohar, sampai sekarang terus mendata dan memantau secara spesifik kabupaten/kota dengan peningkatan jumlah kasus DBD signifikan.

“Memang, kalau kita cermati, kabupaten-kabupaten tertentu dikomparasikan pada bulan yang sama tahun lalu, boleh jadi angkanya sudah memenuhi kriteria KLB,” kata dia.

Data Dinkes Jatim menunjukkan, Kediri menjadi kabupaten dengan jumlah kasus DBD tertinggi dengan jumlah 271 kasus. Kemudian Tulungagung dengan jumlah 249 kasus.

Kabupaten Bojonegoro berada pada urutan berikutnya dengan jumlah 177 kasus dan yang terbaru adalah Kabupaten Ponorogo yang melesat pada urutan keempat dengan jumlah 172 kasus.

Ipong Muchlissoni Bupati Ponorogo baru-baru ini telah menyatakan wabah DBD di Bumi Reog berstatus KLB karena mengalami peningkatan jumlah kasus yang sangat signifikan.

“Betul, Pak Bupati Ponorogo sudah menyatakan daerahnya KLB. Artinya akan ada gerakan yang lebih masif lagi untuk mengatasi keadaan, dengan semua dukungan pembiayaan, tentunya,” kata Kohar.

Pemprov Jatim, kata dia, akan secara aktif memantau gerakan penanganan KLB wabah DBD di Ponorogo setiap harinya. Kalau sudah bisa teratasi secara mandiri, kata Kohar, masalah terselesaikan.

“Tapi kami di Pemprov Jatim bersiap-siap memberikan dukungan untuk penanganan DBD di sana. Kenapa Ponorogo KLB? Memang kalau dilihat dari data yang ada, peningkatan kasusnya sangat signifikan, sampai dua kali lipat dari tahun lalu,” katanya.

Sekadar mengingatkan, Pemprov Jawa Timur pernah menetapkan status KLB untuk wabah DBD pada Januari 2015 silam. Saat itu, KLB terjadi di 37 kabupaten/kota di Jatim dengan total 3.136 kasus dan angka kematian sebanyak 52 kasus.(den/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs