Jumat, 22 November 2024
Family Hunt Keluarga Bangkit

Mendadar Rejeki, Mengkafan Pandemi

Laporan oleh Chusnul Mubasyirin
Bagikan
Irwan Cahyono, pemilik bisnis peralatan jenazah dengan merek Husnul Khotimah. Foto: Tim Grafis suarasurabaya.net

Pandemi bisa bermakna ganda. Bagi yang hanya menggantungkan pada situasi normal, krisis Covid-19 dirasakan menakutkan. Bagi yang memiliki ide dan berani mewujudkan, kondisi pandemi adalah peluang dan tantangan. Siapa yang suka menumbuhkan sikap optimis, masa pandemi justru saat tepat mendadar ide dan gagasan bisnis untuk menopang stabilitas perekonomian keluarga.

Irwan Cahyono adalah contoh kepala keluarga yang berani menghamparkan ide lamanya, saat pandemi dirasa berkelanjutan tak berujung. Gagasan usaha yang muncul pada 2011, baru benar-benar dijalankan justru ketika pandemi memaksa harus merubah keadaan. Tak peduli ide bisnis nakal dan gila, terpenting harus diwujudkan. Entah bagaimana respon publik terhadap bidang bisnisnya, tak dijadikannya persoalan.

Anda tahu apa yang sedang ditawarkan Irwan: Bisnis Peralatan Jenazah. Anda tak perlu kaget, mengernyitkan dahi, apalagi sinis. Justru pilihan usaha suami Eva Devianti yang unik itulah yang membuatnya terpilih sebagai salah satu inspirator Family Hunt: Keluarga Bangkit yang diinisiasi oleh Suara Surabaya Media.

Memang sebuah usaha yang tidak umum. Tapi bisnis ini menemukan urgensinya di tengah kondisi pandemi. Betapa tidak, ketika situasi orang dipaksa banyak bergerak di rumah, tidak bisa bebas ke pasar karena harus ikut membendung penularan virus corona, tentu tidak bisa bebas pula memenuhi kebutuhan peralatan jenazah jika ada sanak keluarga yang tertimpa musibah.

Perlengkapan jenazah seperti kain kafan, sabun, minyak, shampoo, gunting dan perlengkapan lainnya. Foto: Anton suarasurabaya.net

Kita harus mencari-cari via online jasa yang menyediakan peralatan jenazah lengkap, tanpa harus ke luar rumah. Pilihannya, kita akan menemukan nama Irwan dalam deretan penyedia peralatan yang dibutuhkan. Atau bahkan mungkin hanya menemukan dia satu-satunya yang bisa kita tuju di belantara maya.

Dampak krisis Covid-19 dirasakan semua orang, termasuk Irwan dan keluarga. Bukan, atau katakan belum, terlalu ekstrem dampak yang dialami pria kelahiran Surabaya, 41 tahun ini. Kuat dan kerasnya keinginan mewujudkan ide usahanya dijadikan sebagai langkah antisipasi. Sebab, perusahaan tempatnya bekerja juga terimbas krisis sehingga harus merumahkan karyawan, termasuk juga mengurangi gaji pekerja.

Meski terhitung karyawan lama di perusahaan di daerah Rungkut, bahkan diserahi tanggung jawab jabatan juga, bukan jaminan baginya lolos dari skenario terburuk perusahaan. Sejak awal pandemi hingga Juli lalu, sudah banyak sejawatnya yang hengkang di rumahkan. Bahkan setingkat dirinya pun sudah menerima pengurangan gaji hingga 30 persen.

“Melihat situasi begitu, bukankah tidak menutup kemungkinan saya bisa juga mengalaminya bila kondisi tak kunjung membaik?” sergahnya.

“Saya, mau tidak mau, harus menyiapkan sesuatu yang bisa dijadikan penghasilan mandiri kan, untuk menghadapi kondisi terburuk.”

Irwan menyiapkan paket jenazah di rumah tinggalnya di Jalan Jagiran, Tambaksari, Surabaya. Tak hanya ide bisnisnya yang tak umum, cara pemasarannya juga tak biasa. Dia hanya menitipkan paket produknya di sejumlah kenalan yang memang berurusan dengan perawatan jenazah, yaitu di pengurus rt/rw, masjid dan majlis pengajian. “Kalua ada yang meninggal dan menggunakan baru dibayar. Kalau sudah habis nanti Saya kirim paket yang baru lagi untuk persediaan.” Foto: Anton suarasurabaya.net

Apalagi pria dua anak ini tidak sendiri mengalami situasi was-was. Istrinya, yang bekerja di perusahaan di daerah Tambaksari, juga menghadapi situasi serupa. Meski karyawan lama, tapi kondisi perusahaan sedang dalam situasi tidak aman. Beberapa teman istrinya juga sudah diberhentikan bekerja. Karyawan yang tersisa juga mengikuti jam kerja selang-seling, yang berpengaruh terhadap tidak utuhnya gaji.

Pilihan mewujudkan ide bisnis dengan serta-merta menemukan momentumnya. Diantara ide bisnis yang sempat terlintas lama dibenak pada 2011 pun berusaha diaktualisasikan. Dan bila kemudian keputusan jatuh pada usaha peralatan jenazah, bukan tanpa alasan.

“Sempat berpikir untuk bisnis kuliner. Tapi saya dan istri tidak memiliki tatste yang kuat di bidang makanan. Akhirnya saya memilih usaha yang kira-kira tidak banyak orang menjalankannya, ya peralatan jenazah itu,” cetusnya.

Apa yang sebenarnya dialami Irwan pada 2011, hingga kemudian muncul ide bisnis? Sebenarnya, kejadian yang menimpanya kala itu tak serta-merta menjadi ide usaha. Irwan saat itu hanya bingung ketika diminta oleh keluarganya mencarikan peralatan jenazah buat ibunya yang meninggal.

“Apa saja yang harus saya cari?” kenangnya. Saudaranya pada bilang, “Datangi saja penjual peralatan jenazah di pasar, mereka sudah tahu apa saja yang dibutuhkan.”

Proses pengepakan perlengkapan jenazah sebelum dikirim ke pembeli. Foto: Anton suarasurabaya.net

Setelah seperangkat alat didapat dan dibawa pulang, ternyata setelah diteliti ada beberapa item yang kurang. Ia terpaksa kembali ke pasar, namun item yang dimaksud tak tersedia. Hingga terpaksa mencari ke beberapa tempat, sebelum akhirnya item yang dibutuhkan didapatkan.

Pengalaman itulah yang lantas terbersit di benaknya; mengapa tidak ada penyedia peralatan jenazah yang lengkap di satu tempat, sehingga tidak merepotkan si empunya musibah.

Kejadian hampir 10 tahun lalu itu menggumpal menjadi ide usaha, yang akhirnya baru terealisasi Juli 2020, kala pandemi sudah berlangsung nyaris 5 bulan di negeri ini. Sementara ini Irwan mengemas paket peralatan jenazah dalam kardus tak bermerek, seukuran lebih kurang 40x40x20 sentimeter.

Sepaket itu berisi 17 item perangkat. Mulai dari peralatan untuk jenazah maupun buat yang mengurus dan memandikan jenazah. Termasuk tambahan alat bagi pengurus jenazah saat pandemi, seperti masker dan sarung tangan plastik. Apa dan bagaimana memfungsikan masing-masing alat? Tenang, sebab dalam paket itu sudah disertakan manual book cara penggunaannya. Irwan menyebut, harga sepaket ditawarkan Rp 350 ribu.

Jenis usaha yang tidak umum seperti ini berbuntut sedikit dilema. Kata Irwan, kalau mau dipasarkan lewat media sosial juga tampilannya tak memanjakan mata. Walhasil, sejak usahanya dikibarkan dengan merek “Husnul Khotimah”, ia hanya memasarkan lewat kanal telpon whatsapp.

Selain itu, ia titipkan paket produknya di sejumlah kenalan, rt/rw, masjid dan majlis pengajian. Ia mengaku, harus melakukan pendekatan sedemikian rupa kepada para pihak agar mengenal produk yang ditawarkan lebih rinci.
“Saya tidak mau menitipkan barang begitu saja. Saya harus melakukan pendekatan agar pengetahuan tentang produk lebih mengena,” katanya.

Alhasil, dengan cara itu kini produknya sudah banyak dikenal warga sekitar rumah tinggalnya di Jl Jagiran 20, Tambaksari, Surabaya. Ia menyebut, sudah sekitar 15 paket terjual sejak awal dibuka Juli lalu. “Bahkan sudah ada yang repeat order dari pick up point yang dititipinya,” ungkapnya.

Ia ingin meluaskan jaringan konsumennya. Harapannya, bisa mengenal banyak orang yang terkait erat dengan kebutuhan peralatan jenazah, seperti pihak rumah sakit, dinas sosial, lembaga yang menangani bencana, dan semacamnya.

Irwan juga mengaku tak berhenti untuk memodifikasi paket produknya, agar tampilan kemasannya lebih menarik. Karena itu, seiring upaya memperluas jaringan, ia akan membuat paket yang berbeda-beda.

“Nanti akan saya buat paket perlengkapan untuk jenazah laki-laki sendiri, paket untuk jenazah perempuan, dan paket eksklusif,” ujarnya. Paket eksklusif, tambahnya, untuk memenuhi permintaan khusus dan kalangan khusus. Soal harga, tentu berbeda antara paket biasa dan paket khusus.

Setelah terpilih sebagai salah satu inspirator program Family Hunt: Keluarga Bangkit, nama Irwan dan merek usaha Husnul Khotimah sudah bergaung di banyak kanal Suara surabaya Media; siaran radio, publikasi suarasurabaya.net, instagram, dan youtube. Setidaknya program ini turut membantu para keluarga tangguh di Surabaya.(cus/tin/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs