Fakultas Ilmu Alam ITS Surabaya berganti nama menjadi Fakultas Sains, sejak November 2018 lalu untuk mendukung visi ITS menjadi universitas bereputasi internasional atau World Class University.
Prof Dr rer nat Agus Rubiyanto M Eng Sc., Dekan Fakultas Sains, mengatakan pergantian nama Fakultas Ilmu Alam menjadi Fakultas Sains berdasarkan Peraturan Rektor Nomor 7 Tahun 2018.
Fakultas Sains sendiri adalah satu dari 10 fakultas di lingkungan ITS yang memiliki perjalanan panjang dalam sejarah kampus pahlawan ini. “Perubahan nama dilakukan demi menyelaraskan tujuan bersama yang diusung oleh fakultas,” terang guru besar Fisika ITS ini, Selasa (29/1/2019).
Menurut Agus, perubahan nama fakultas yang merupakan perpecahan dari Fakultas Ilmu Alam dan Matematika (FMIPA) menjadi Fakultas Ilmu Alam ini dinilai tidak cocok dengan nomenklatur dunia.
Apalagi kampus ITS sedang menuju standard World Class University. Sehingga ITS seharusnya mengikuti penamaan yang kebanyakan berlaku di universitas internasional. “Fakultas Ilmu Alam itu lebih identik dengan Fisika saja, oleh sebab itu perlu adanya pergantian nama,” ujar mantan anggota senat ITS tahun 2003-2006 ini.
Selain itu, imbuh Agus, hal tersebut juga didukung para guru besar dari departemen yang dinaungi Fakultas Ilmu Alam.
Rapat untuk membahas tentang perubahan nama fakultas pun digelar yang dihadiri para guru besar, dekan dan jajaran lainnya. “Berdasarkan hasil rapat, memang lebih cocok berubah nama menjadi Fakultas Sains,” jelas guru besar optika terpadu ini.
Agus kembali menekankan, jika melihat nomenklatur dunia, maka Fakultas Sains yang lebih cocok digunakan. Di Indonesia sendiri, selain ITS, yang sudah menggunakan nama Fakultas Sains adalah Institut Teknologi Sumatera (Itera) dan Universitas Diponegoro (Undip).
“Nama Fakultas Sains juga cocok dalam mengusung tujuan fakultas, yakni unggul dalam pengembangan sains untuk kemanusiaan, kesejahteraan, dan lingkungan,” papar Agus.
Namun, bagi lulusan ITS pada wisuda sebelumnya, Agus menjelaskan bahwa ijazah versi bahasa Inggrisnya sudah bernama Faculty of Sains bukan Faculty of Natural Sciences. Sehingga, perubahan nama ini dirasa tidak merugikan lulusan terdahulu.
Awalnya, cerita Agus, fakultas ini berdiri pada tahun 1965 dengan nama Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA). Pada saat itu, fakultas ini hanya memiliki tiga jurusan yakni Fisika, Kimia, dan Matematika.
Agus menambahkan, 18 tahun setelah didirikan nama FIPIA berganti menjadi FMIPA. “Pada 1983 ini juga jurusan yang dinaungi FMIPA bertambah satu yakni Jurusan Statistika,” kata pria yang mengambil doktoral di Paderborn University, Jerman ini.
Agus menjelaskan, lika-liku perjalanan FMIPA terus berlanjut. Pada 1998, jurusan yang ada pada FMIPA bertambah satu lagi yakni Biologi. Nama FMIPA pun bertahan hingga 19 tahun kemudian. Berdasarkan Peraturan Rektor Tahun 2017, FMIPA dipecah menjadi dua fakultas.
Yakni Fakultas Matematika, Komputasi dan Sains Data (FMKSD) yang menaungi departemen Matematika, Statistika, dan Aktuaria, dan Fakultas Ilmu Alam (sekarang Fakultas Sains) yang di dalamnya ada departemen Fisika, Kimia, dan Biologi.
Lebih lanjut, Agus memaparkan tentang rencana ke depan fakultas. Jika tidak ada halangan, Fakultas Sains akan membuka Master of Professional Science.
Menurutnya, peminatan di jenjang magister tersebut cukup bagus di kancah dunia. “Lulusan magister ini diharapkan menjadi orang yang paham dengan sains termasuk Fisika, Kimia, Biologi, dan Matematika,” lanjut Agus.
Agus berharap, dengan berubahnya nama Fakultas Ilmu Alam menjadi Fakultas Sains ini dapat lebih memupuk semangat para mahasiswa dan dosen dalam berkompetisi di kancah nasional maupun internasional. “Kampus yang kuat dapat dilihat dari kekuatan bidang ilmu pengetahuan sainsnya,” pungkas Agus.(tok/dwi)