Tour de France bakal start di Nice, Prancis, pada Sabtu akhir pekan ini namun ajang balap sepeda termasyhur di dunia itu berada di bawah bayang-bayang ‘gelombang kedua’ COVID-19.
Sejumlah kasus baru mengalami peningkatan yang cukup tinggi di Prancis sejak awal bulan ini, yang menjadi ancaman bagi edisi ke-107 Tour de France itu, demikian Reuters.
Penyelenggara akan melakukan tes terhadap virus corona lewat unit mobile selama tiga pekan perhelatan balapan terakbar itu, yang akan melintasi wilayah selatan, barat dan tengah Prancis, pegunungan Pyrenees dan Alps, termasuk delapan etape tanjakan.
Para pebalap akan dites enam dan tiga hari jelang sebelum Grand Depart di Nice. Setiap individu yang terbukti positif selama lomba akan diisolasi, sedangkan kontak antara tim dan rombongan tur, termasuk media, fan dan penyelenggara, akan sangat dibatasi.
Para tim telah diperingatkan oleh penyelenggara jika mereka harus meninggalkan lomba jika dua atau lebih anggotanya positif COVID-19 atau menunjukkan gejala yang kuat.
Mengetes para pebalap secara reguler menjadi salah satu tantangan termahal bagi tim. Seperti yang dikatakan oleh dokter Jacky Maillot dari tim Groupama-FDJ, dalam satu musim itu mereka bisa menghabiskan dana 130.000 euro, atau sekitar 2,2 miliar rupiah.
Para fan yang berada di jalan juga memiliki resiko tinggi terpapar jika mereka mengabaikan protokol kesehatan, kendati tidak ada pebalap yang positif di Tour ketika musim balapan dimulai lagi pada bulan lalu setelah ditangguhkan selama empat bulan karena krisis kesehatan global.
“Sejauh ini balap sepeda belum menemui kendala,” kata direktur Tour de France Christian Prudhomme kepada Reuters.
“Akan ada petugas kepolisian di tanjakan, yang akan memfilter penonton dan memastikan para fan memakai masker karena saya tidak yakin otoritas setempat akan menjadikannya suatu kewajiban.”
Para penonton diwajibkan saling menjaga jaraknya dua meter dan mereka dilarang mendekati bus-bus yang mengangkut tim di saat start etape.
Criterium du Dauphine yang digelar pada 12-16 Agustus, sebagai ajang pemanasan sebelum Tour de France, telah selesai digelar tanpa kendala, namun skalanya akan berbeda jika bicara tentang Tour de France, yang memiliki 21 etape dan diakhiri di Paris pada 20 September nanti.
Prudhomme mengatakan jika Tour tidak akan dihentikan jika ada sejumlah kasus positif COVID-19 di dalam rombongan, dan akan menyerahkan penanganannya ke otoritas kesehatan setempat.
“Tour de France tidak akan berhenti jika ada kasus positif, bahkan jika tak seorang pun tahu apakah itu bisa selesai atau tidak,” demikian Presiden UCI David Lappartient. (ant/lim)