Sabtu, 23 November 2024
Family Hunt Keluarga Bangkit

Jangan Pandang Sulit, Tangkap Peluang Baru dari Rumah

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Wendy Dian Permadi, inspirator Keluarga Bangkit Suara Surabaya. Foto : Tim Grafis suarasurabaya.net

Peluang usaha tak harus dari hal baru. Usaha lama yang dikemas ulang lebih menarik bisa menjadi penyelamat ekonomi keluarga kala pandemi Covid-19. Seperti usaha kuliner Gudeg Kendil, yang dikelola Wendy Dian Permadi bersama keluarganya.

Inspirator Keluarga Bangkit Suara Surabaya yang berdomisili di wilayah Rungkut Menanggal Harapan Surabaya ini mengemas ulang masakan ibunya dan memasarkannya lewat Instagram dan WhatsApp.

“Gudeg masakan ibu saya ini tidak semanis gudeg Jawa Tengah. Tapi sudah disesuaikan dengan selera orang Jawa Timur yang suka asin dan gurih. Jadi bukan gudeg Jawa Tengah atau Jawa Timur, tapi ya inilah citarasa Gudeg Kendil,” kisah Wendy saat ditemui di rumahnya, Rabu (19/8/2020).

Gudeg Kendil. Foto : Anton suarasurabaya.net

Pria 26 tahun yang sudah menikah dan dikaruniai seorang anak ini mulanya bekerja sebagai freelancer event organizer, dan menyewakan mobil. Profil Wendy adalah anak dengan mental kuat, setidaknya demikian pengakuan sang ibu. Punya prinsip tidak mau kerja ikut orang, hanya ingin kerja sendiri. Sejak lulus kuliah, ragam usaha pernah dilakoninya.

Datangnya pandemi Covid-19 telah merubah segalanya. Seiring anjuran pemerintah agar masyarakat tidak menggelar kegiatan yang menimbulkan kerumunan. Seluruh acara yang sudah dia rancang otomatis batal. Selain itu, tak ada lagi orang berpergian jauh, sehingga mobilnya lebih banyak diam di rumah tiada yang menyewa.

Hantaman pandemi merubah siklus penghasilan keluarga Wendy. Sang ibu, Sulikah Setyowati, yang semula menjual Nasi Jagung dan Lontong Mie, sehari-hari mendorong rombong dagangannya ke pasar berjarak sekira 100 meter dari rumah, pun harus berhenti. Usaha yang dirintisnya puluhan tahun silam dan sudah kondang ke warga sekitar, terpaksa tutup akibat sepi pembeli.

Usaha sang ibu yang sebelumnya telah mampu menuntaskan pendidikan anak-anaknya hingga selesai perguruan tinggi, terpaksa berakhir. Pasar krempyeng dekat rumahnya yang selama ini jadi tempat strategis berjualan, ditiadakan untuk meminimalisir kontak langsung antar warga.

Sempat limbung, yang ada masing-masing anggota keluarga saling menguatkan. Yakin semua adalah kehendak-Nya, maka Tuhan pasti memberi jalan keluarnya. Benar saja, tangan Pengurus RW 4 Rungkut Menanggal Harapan berinisiatif membuat grup WhatsApp, khusus bagi warganya untuk saling menawarkan dagangan antar tetangga.

“Kami merasa terbantu. Cuma masalahnya ibu saya ini sangat gaptek, jadi saya harus membantu. Hari demi hari kami lalui dengan keadaan yang tidak biasa. Saya berjualan ikan asin balado, ibu saya berjualan dengan menu yang berganti-ganti setiap harinya,” ujar Wendy.

Tak hanya di grup WhatsApp warga yang beranggota sekira 500 orang yang jadi pasar jualannya. Wendy, yang masih tinggal serumah dengan orang tuanya ini, juga menawarkan produk ikan asin balado dan masakan ibunya melalui Instagram, dengan nama @gudegkendilcuy dan @ikanasinbaladocuy.

Wendy membersihkan kendil untuk wadah gudeg. Foto : Anton suarasurabaya.net

Gudeg Kendil, yang kini menjadi komoditi andalannya punya kisah tersendiri. Suatu hari, sang ibu melayani pesanan masakan khas Jawa Tengah, yaitu gudeg. “Agar berbeda, saya berpikir bagaimana agar gudeg ini tidak sama dengan gudeg pada umumnya. Yang ada di pikiran saya harus ada yang unik pada kemasannya,” terangnya. Alhasil, Wendy mengganti kemasan gudeg dari kotak plastik ke kendil tanah liat, idenya sejurus dengan keinginan sang Ibu.

Kendil itu didapatnya dari perajin gerabah di kampung Pakisaji Malang. Perjuangan Wendy dan keluarganya ini secara tidak langsung turut mengatrol pendapatan perajin gerabah, yang belakangan juga sepi pembeli. “Saya membeli kendilnya langsung di perajin. Saya merasa bersyukur di saat susah masih bisa membantu sesama,” ungkapnya.

“Kami menyebutnya Gudeg Kendil. Hasilnya luar biasa, tidak disangka-sangka yang pesan begitu banyak. tak lama setelah itu mulai muncul reseller, Kami kebanjiran order Gudeg Kendil. Sampai-sampai, pernah dalam waktu dua minggu ibu saya hanya fokus mengolah masakan gudeg. Menu-menu yang lainnya tidak sempat bikin. Hingga kami putuskan gudeg menjadi menu utama,” tutur Wendy, diiringi senyum.

Wendy hanya membuka pre-order Gudeg Kendil pada hari-hari Rabu, Sabtu, dan Minggu saja. “Kami melayani pemesanan selain tiga hari itu, hanya jika jumlah pesanan lebih dari lima puluh porsi. Dan kami melayani pengiriman untuk wilayah Surabaya dan Sidoarjo,” terangnya.

Sulikah Setyowati, sedang mengemas Gudeg Kendil. Foto : Anton suarasurabaya.net

Kerja bersama keluarga, ibunya memasak, bapaknya sesekali mengirim pesanan, Wendy terus memasarkan, juga didorong saudara dan tetangga. Hasil yang sebelum pandemi hanya pas-pasan, kini mulai menunjukkan hasil. Kini dalam sekali pesanan bisa mencapai 40 porsi Gudeg Kendil. Sungguh hasil kerja keras yang mampu membuat seluruh anggota keluarga tersenyum.

Kepada semua orang yang masih dan sedang berjuang melalui kesulitan ekonomi, Wendy berpesan, “Jangan melihat segalanya menjadi sulit akibat pandemi, jadikan Rumah sumber inspirasi peluang baru demi keluarga tetap bahagia.” pungkasnya. (iss/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs