Jumat, 22 November 2024

Prihatin Food Waste, Mahasiswa ITS Ciptakan Aplikasi Grobak

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
flyer

Tim mahasiswa Departemen Teknologi Informasi ITS mengembangkan Grobak, sebuah aplikasi berbasis digital untuk distribusi bahan pangan guna menuntaskan problematika food waste di Indonesia.

Karya yang berawal dari rasa penasaran untuk berkompetisi di tengah beban akademik, membuat Bagas Immanuel, Calvin Wijaya, dan Muhamad Rifaldi tertarik mempraktikkan kemampuannya di ranah software development.

“Mulanya hanya berdua dengan Calvin, lalu mengajak Rifaldi untuk bergabung karena dia yang jago dalam hal desain sampai terbentuklah Tim Goldfish ini,” terang Bagas Immanuel, yang bertindak sebagai ketua tim.

Tentang latar belakang yang diampu dalam merancang ide untuk pembuatan aplikasi ini, Bagas menjelaskan bahwa invensinya mengacu pada 17 tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.

“Poin kedua dalam SDGs 2030 adalah zero hunger, satu diantara tantangan yang membuat sulit tercapainya tujuan tersebut adalah banyaknya food waste,” papar Bagas Immanuel mahasiswa angkatan 2018 tersebut.

Dilansir dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia (BKP Kementan RI), sampah makanan atau food waste orang Indonesia mencapai 300 kilogram per kapita setiap tahunnya. Tingginya angka food waste di Indonesia ini menjadikan Bagas dan timnya membuat aplikasi Grobak dengan tujuan mengurangi permasalahan sampah sisa makanan ini.

Tentang sistem kerja Grobak, Bagas menyampaikan bahwa aplikasi Grobak bekerja dengan menghubungkan distributor bahan pangan mentah dengan rumah-rumah melalui tukang sayur.

Setiap rumah dapat memesan bahan yang ingin dimasak satu hari sebelumnya dan akan diantarkan oleh tukang sayur pada hari berikutnya. “Kemudahan ini dapat mengalihkan preferensi orang untuk lebih memilih masak sendiri daripada membeli di luar,” papar Bagas.

Aplikasi Grobak ini, tambah Bagas juga dilengkapi fitur-fitur pelengkap seperti inspirasi memasak makanan yang sedang menjadi tren, bahan yang diperlukan, dan kuantitas setiap bahan untuk membuat suatu masakan. “Dengan mengetahui jumlah bahan yang diperlukan, maka dapat mengurangi potensi food waste yang dihasilkan,” ujar Bagas.

Aplikasi Grobak juga memiliki fitur menarik yaitu Resep yang memungkinkan pengguna untuk membeli bundle atau semua bahan dalam satu resep masakan. Di dalamnya, juga tersedia informasi nutrisi makro yang terkandung dalam resep tersebut. “Sejumlah fitur ini kami siapkan dengan target pengguna dapat memakainya setiap hari (daily use),” kata Bagas.

Bagaimana proses pembuatan aplikasi ini, Muhamad Rifaldi, satu diantara anggota tim menceritakan bahwa terdapat pembagian tugas dengan dirinya sebagai desainer antarmuka aplikasi, user interface, dan user experience.

“Sementara itu, Bagas bertugas menyusun laporan penelitian berdasarkan studi kasus, dan Calvin bertugas memprogram aplikasi yang telah didesain menjadi aplikasi yang representatif untuk dilombakan,” terang Muhamamd Rifaldi mahasiswa asal Tangerang ini.

Aplikasi yang dirancang untuk kompetisi Software Development di Invention Himakom Udayana 2020 ini telah berhasil meraih juara kedua. Dengan pengalaman ini, Bagas dan tim menjadikannya tempat mengasah kemampuan dalam bidang pengembangan Internet of Things (IoT). “Nantinya dengan tambahan rancangan dari segi bisnis, kami berencana untuk melombakan lagi aplikasi Grobak ini,” pungkas Bagas, Kamis (16/7/2020).(tok/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs