Sabtu, 23 November 2024

Resilience Artjog 2020, Optimisme Baru di Tengah Pandemi Covid-19

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Legacies of Power satu diantara karya yang dihadirkan pada Artjog 2014. Foto: Artjog

Mengedepankan tema besar Resilience, ditengah pandemi Covid-19, Artjog dijadwalkan tetap hadir dan tampil secara khusus di Jogja National Museum (JNM) Yogjakarta, 8 Agustus sampai 10 Oktober 2020.

Sejalan mulai berlakunya tata kebiasaan baru, dan terinspirasi semangat para seniman untuk terus berkarya di tengah keterbatasan, festival seni rupa kontemporer tahunan Artjog memberanikan diri bergerak dengan penyelenggaraan sebuah edisi khusus bertajuk “Artjog: Resilience”.

Hingga hari ini, pandemi berdampak krisis memang belum usai, tapi roda-roda kehidupan harus terus berputar. Masyarakat dan para pekerja seni di Indonesia dituntut beradaptasi dengan kebiasaan hidup baru. Untuk itu pula, Hari Pemad Manajemen (HPM) memutuskan menggelar edisi khusus Artjog di bulan Agustus 2020 mendatang.

“Kami memberanikan diri untuk menyelenggarakan lagi bukan karena latah untuk mengikuti tata kebiasaan baru. Festival tahun ini tidak hanya didasari oleh keinginan untuk bangkit, tapi lebih pada upaya untuk menguji kembali ketahanan kita, melihat lagi apa-apa yang sudah kami capai sebagai sebuah festival yang telah 12 tahun berjalan. Kami juga ingin melihat apa yang bisa kami perbuat di tengah situasi yang masih tidak menentu ini. Kami harus bisa beradaptasi dengan berbagai keadaan, bahkan di masa yang sulit sekalipun,” tegas Heri Pemad, Direktur Artjog, Rabu (15/7/2020).

Ditambahkan Agung Hujatnikajennong, kurator Artjog bahwa Arjog: Resilience merupakan kegiatan yang tidak melulu menawarkan refleksi artistik para seniman atas kondisi mutakhir seni di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Tak hanya itu, kegiatan ini juga ingin memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh ekosistem seni rupa di Indonesia.

“Inspirasi utama tema Resilience atau ‘ketahanan’ ini adalah berbagai kerja artistik maupun sosial yang dilakukan oleh para seniman di Indonesia selama masa pandemi. Di tengah situasi krisis, banyak seniman bergerak ulang-alik, antara bekerja di rumah atau studio masing-masing, namun juga tetap terlibat secara sosial dengan masyarakat luas. Selain membantu sesama seniman, mereka aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Aktivitas mereka menunjukkan cara pandang yang tidak memisahkan secara tegas antara praktik kesenian dengan kehidupan sehari-hari. Ini hanyalah bukti kecil bagaimana praktik artistik yang berkembang dalam ekosistem seni rupa kita pada dasarnya tumbuh dari kultur komunal yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia,” papar Agung Hujatnikajennong.

Selama ini Artjog dikenal sebagai sebuah festival yang mampu mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dunia seni lokal dan internasional dalam sebuah perhelatan yang meriah dan membumi. Modal sosial itulah yang rupanya hendak dikelola menjadi kekuatan untuk bersama-sama menghadapi krisis. Artjog adalah cerminan bagaimana ekosistem seni rupa Indonesia memiliki keunikan dan kekuatan tersendiri.

“Artjog adalah kegiatan yang lahir, tumbuh dan berkembang secara organik. Ia lahir dari inisiatif dan upaya para seniman sendiri. Oleh karena itu, pameran tahun ini utamanya ingin menunjukkan pula solidaritas dan kebersamaan yang tinggi di antara para seniman, terutama pada masa krisis,” Bambang Toko yang juga kurator Artjog.

Jika sebelumnya Artjog selalu menampilkan karya-karya seniman internasional, edisi tahun ini lebih berfokus pada seniman Indonesia. Ignatia Nilu kurator Artjog menambahkan bahwa keputusan ini pada akhirnya harus diambil karena hambatan teknis yang disebabkan oleh pandemi, pengiriman karya dan transportasi seniman-seniman internasional ke Yogyakarta menjadi lebih sulit.

“Selain itu kami juga ingin pameran kali ini berfokus pada seni rupa Indonesia. Sebagian besar karya yang tampil tahun ini dibuat oleh para seniman pada masa pembatasan sosial, dan secara tidak langsung merupakan refleksi kritis mereka terhadap situasi krisis pandemi di Indonesia,” ujar Ignatia Nilu.

Penyederhaan dan penyesuaian dalam penyusunan program-program Artjog dilakukan pada 2020 ini. Untuk sementara, program penghargaan seniman muda (Young Artist Award) dan Artjog Daily Performance terpaksa tidak dilaksanakan. Pameran seni rupa masih tetap menjadi menu utama dari festival yang digelar setiap tahun di JNM sejak tahun 2016 ini.

Gading Paksi yang bertindak sebagai Manajer Program Artjog menyampaikan bahwa proses pemajangan karya seni saat ini tentunya menghadpai tantangan baru yang sama sekali berbeda dengan pegelaran Artjog sebelumnya.

“Proses pemajangan karya seni akan menghadapi tantangan baru dan berbeda. Selain memajang karya di ruang pamer, kami juga berupaya untuk menghasilkan konten audio-visual yang berkualitas sehingga Artjog tetap bisa dinikmati dari rumah. Publik dapat mengakses pameran Artjog secara daring melalui website. Saat pemerintah mengizinkan dan kondisi memungkinkan, pameran akan dapat diakses langsung di lokasi dengan memberlakukan sistem yang sesuai dengan prosedur dan protokol kesehatan dari Pemerintah,” urai Gading Paksi.

Berbeda dengan paerhelatan Artjog tahun sebelumnya, lelang amal dan Artcare dihadirkan dengan tujuan menggalang bantuan finansial untuk para seniman Indonesia dan masyarakat luas yang terdampak pandemi Covid-19. Penggalangan dana tersebut akan dikelola oleh Yayasan Hita Pranajiwa Mandaya.

Program-program edukasi seperti Exhibition Tour dan Meet the Artist dijadwalkan tetap dilangsungkan secara daring. Program reguler baru yang akan menjadi kejutan tahun ini adalah Murakabi Movement, sebagai kelanjutan dari proyek Warung Murakabi yang ditampilkan pada Artjog tahun 2019.

Soal ini Agung Hujatnikajennong satu diantara kurator Artjog menyampaikan bahwa gerakan kali ini di Artjog: Resilience sangat relevan, terkait dengan pandemi Covid-19 yang masih terjadi dan diharapkan menjadi inspirasi untuk masyarakat luas.

“Kami percaya gerakan ini sangat relevan, terutama di masa pandemi seperti hari-hari ini, dan bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk bisa tetap bertahan di tengah krisis,” tegas Agung Hujatnikajennong.

Artjog: Resilience yang dijadwalkan hadir di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini, hadir sebagai proyek yang akan menguji kembali kegigihan, daya tahan, daya juang, kontribusi dan solidaritas di antara para praktisi kesenian.

Misi Artjog kali ini mencerminkan sifat-sifat dasar sebuah festival sebagai ruang sosial, di mana berbagai sajian dan kegiatan di dalamnya hanyalah perantara untuk terjalinnnya hubungan antar manusia yang lebih harmonis dan kelangsungan masa depan yang lebih baik.(tok/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs