Jumat, 22 November 2024

PCR dan Rapid Test Tidak Disarankan Jadi Syarat Perjalanan Orang

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi rapid test/ tes cepat. Foto: Purnama suarasurabaya.net

Perhimpunan Dokter Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKlin) menyarankan agar pemerintah tidak jadikan pemeriksaan Rapid Test dan PCR virus SARS-CoV-2 sebagai syarat perjalanan orang.

Melalui surat nomor 166/PP-PATKLIN/VII/2020 tertanggal 6 Juli 2020, PDS PatKlin menanggapi Surat Edaran Gugus Tugas Covid-19 tentang kriteria dan persyaratan perjalanan orang di masa kebiasaan baru.

Surat Edaran Nomor 9 tanggal 26 Juni 2020 tentang perubahan SE 7/2020 itu mensyaratkan hasil negatif Rapid Test dan PCR untuk setiap individu yang akan memanfaatkan transportasi umum.

Dr dr Aryati Ketua Umum PDS PatKlin dalam surat tanggapannya menyarankan agar pemerintah tidak memberlakukan syarat hasil negatif tes cepat dan PCR tersebut.

surat-tanggapan-pds-patklin
Surat Tanggapan PDS PatKlin soal Surat Edaran Gugus Tugas Covid-19 tentang Syarat Perjalanan Orang. Foto: Istimewa

Alasannya, pemeriksaan PCR memiliki sensitivitas 60-80 persen. Masih bisa terjadi hasil negatif palsu. Selain itu, hasilnya sejak pengambilan swab butuh waktu antara 2 hari sampai 3 minggu.

Sedangkan Rapid Test antibodi, kata Aryati, sensitivitas dan spesifitasnya tidak tinggi, sehingga lebih mungkin terjadi hasil negatif palsu maupun positif palsu yang dampaknya bisa merugikan.

“Izinkan kami memberikan saran dan masukan terkait kriteria dan persyaratan perjalanan orang dalam masa adaptasi kebiasaan baru. Agar pemeriksaan itu tidak diberlakukan sebagai syarat,” ujarnya dalam surat.

Pada poin kedua surat tanggapan itu, PDS PatKlin menyarankan agar pemerintah menjajaki pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM) PCR virus SARS-CoV-2 di stasiun atau bandara.

Selain TCM PCR, PDS PatKlin juga menyarankan metode pemeriksaan antigen virus SARS-CoV-2 dengan sampel swab atau saliva terhadap orang sebelum melakukan perjalanan.

Sayangnya, di dalam surat tanggapan ini PDS PatKlin tidak menjelaskan lebih lanjut perbandingan efektivitas dua metode yang disarankan dengan dua metode yang disanggah.

Tidak hanya dua metode itu, PDS PatKlin tetap menyarankan pemeriksaan suhu tubuh orang yang akan melakukan perjalanan, juga pengukuran saturasi oksigen dengan fingertip pulse oximeter.

Surat tanggapan yang ditandangani dr Aryati itu juga menyarankan kontrol ketat “penerapan protokol kesehatan yang benar (pakai masker dan face shield, jaga jarak, cuci tangan) selama perjalanan.”

Terakhir, PDS PatKlin juga menyarankan agar penyedia transportasi umum memastikan sirkulasi udara bersih baik di kendaraan darat, kereta api, maupun pesawat.(den/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs