Hari ini merupakan hari pertama kegiatan belajar mengajar di masa pandemi Covid-19. Kegiatan belajar masih dilakukan di rumah.
Bagaimana jika orang tua yang mempunyai tiga orang anak satu sekolah dan waktu belajarnya berbarengan? Inilah yang dialami Joko Waluyo yang tinggal di daerah Depok, Jawa Barat dimana dia mengalami hal itu. Apalagi ketiga anaknya ini sekolah di swasta yang tiap bulannya harus membayar biaya sekolah.
Menurut Joko beberapa kendala yang dihadapi dengan sistem Belajar Dari Rumah (BDR) diantaranya soal kendala jaringan internet yang tidak maksimal, sehingga mengganggu komunikasi antara guru dan murid.
“Kendala yang dihadapi kami sebagai orang tua dalam BDR ini masih terkait dengan jaringan internet yang tidak maksimal atau terputus-putus, sehingga komunikasi antara guru dan murid menjadi tidak jelas, disamping kuota internet yang harus mencukupi,” ujar Joko kepada suarasurabaya.net, Senin (13/7/2020).
Kendala lain, kata Joko adalah perangkat laptop yang kurang, sementara ketiga anaknya harus belajar secara bersamaan.
“Kendala kami lainnya karena putri kami ketiga-tiganya satu sekolah, kemudian jam belajarnya berbarengan, maka sulit mengatur waktunya maupun pemakaian perangkat laptop maupun ponsel,” jelasnya.
Disamping itu, Joko juga berharap kepada guru untuk lebih kreatif lagi dalam menyampaikan materi belajar kepada siswa. Karena sebelumnya guru lebih banyak memberikan tugas, sementara yang menjelaskan justru orang tuanya.
“Di tahun ajaran baru ini kita berharap apa yang kemarin belum tercapai bisa diperbaiki lagi. Guru tidak hanya asal memberi tugas saja, tapi juga memberikan tutorial terhadap tugasnya tersebut,” tegasnya.
“Kami orang tua kan bekerja, jadi terpaksa menyisihkan waktu untuk mendampingi anak-anak belajar dan malah memberi pembelajaran materi tersebut yang seharusnya gurulah yang seharusnya menjelaskannya,” imbuhnya.
Dia juga mengaku kalau kegiatan BDR Ini menjadi tantangan tersendiri karena orang tua tidak hanya harus bekerja, tetapi juga harus mendampingi anak sekaligus menjelaskan materi belajar dalam buku.
Karena ketiga anaknya sekolah di swasta, maka Joko memohon sebaiknya Sekolah tidak menerapkan tarif Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dalam kondisi normal karena beban orang tua ini sudah cukup berat. Sementara kalau kondisi normal memang realitasnya berbeda karena ada proses belajarnya di sekolah.
“Untuk itu sebaiknya SPP juga dikurangi, sebab semua sarana penunjang belajar mengajar saat ini ditanggung orang tua sendiri,” kata Joko.
Joko menjelaskan, karena hari ini hari pertama masuk sekolah, maka belum banyak pelajaran. Kegiatan masih seputar perkenalan siswa dengan gurunya.
Sementara Aini, Azzamia dan Larasati anak dari Joko yang masing-masing kelas 2,4, dan 6 SD ini mengaku kalau gurunya kurang maksimal dalam menjelaskan pelajarannya, berbeda dengan saat belajar tatap muka di sekolah.
“Kurang maksimal jelasinnya karena waktunya terbatas. Penjelasannya lewat daring kadang kurang jelas, beda kalau penjelasannya secara langsung tatap muka,” kata ketiganya.(faz/tin/rst)