Bagi sejumlah orang, di saat pandemi ada yang memilih berdiam diri. Tapi bagi seniman, di saat pandemi seperti saat ini, adaptasi dengan kondisi yang ada merupakan pilihan terbaik agar tetap berkreasi dan berkarya.
Di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, tidak sedikit orang yang memilih berdiam diri melanjutkan hidup. Tapi bagi para seniman, di saat pandemi memilih beradaptasi adalah pilihan terbaik.
“Seniman seringkali dinilai, dilihat atau bahkan diakui kesenimanannya oleh masyarakat secara luas, ketika melahirkan karya-karya dan kreativitas-krativitas. Pada situasi seperti itu, karya yang dihasilkan seniman kerapkali juga merupakan bagian dari keseharrian di tengah-tengah masyarakatnya. Itulah seniman menurut masyarakat,” terang Agus ‘Koecink’ Sukamto seniman, dosen sekaligus pemerhati seni, Jumat (3/7/2020).
Dengan beradaptasi pada kondisi kekinian, lanjut Agus Koecink, memang dibutuhkan kemauan sekaligus pembelajaran yang tidak berhenti bagi seorang seniman dalam konteks untuk tetap bisa menghasilkan karya-karya sekaligus berekspresi dengan berbagai medium yang biasa dilakukan.
Sebagai seorang perupa yang juga dosen pada beberapa perguruan tinggi di Kota Surabaya, Agus Koecink mengaku terdampak atas terjadinya pandemi Covid-19 ini. Jika biasanya ada kemudahan untuk saling bertatap muka dengan para mahasiswa dan peserta kursus-kursus melukis yang digelarnya, gegara pandemi Agus harus mencari cara agar tetap bisa mengajar dan memberikan kursus.
“Karena sarana yang ada internet, maka harus beradaptasi dengan internet. Artinya, kita harus bisa memanfaatkan fasilitas internet itu dalam rangka melakukan aktivitas keseharian kita sebagai pengajar, sebagai dosen dan sekaligus sebagai perupa. Ini penting dilakukan, agar proses kreativ tidak berhenti karena pandemi,” urai Agus Koecink.
Bagaimana dengan seniman yang tidak mau beradaptasi dengan kondisi atau situasi saat ini? Agus Koecink mengingatkan bahwa selebihnya memang diserahkan kembali kepada masing-masing seniman bersangkutan.
“Kalau memang senimannya memilih diam, tidak mau beradaptasi, ya itu memang pilihan. Maka si seniman sendiri juga tidak akan merasakan perubahan-perubahan yang terjadi itu. Dia akan diam dan tidak melihat perubahan-perubahan yang terjadi sebagai dampak pandemi ini. Memang pilihan,” ujar Agus Koecink.
Lalu Agus mencontohkan bahwa dengan beradaptasi pada lingkungan serta situasi yang sedang terjadi, maka seniman akan menemukan hal-ha baru yang bisa jadi belum pernah ditemuinya ketika kondisi dan situasi tidak mengalami perubahan. “Adaptasi itu kunci menghadapi pandemi kali ini,” tegas Agus Koecink.
Senada dengan itu, Meimura aktor, sutradara, pemerhati seni sekaligus pemain Ludruk, Jumat (3/7/2020) membenarkan bahwa dengan adaptasi, maka proses kreativ seorang seniman tidak akan terhenti oleh karena pandemi.
“Proses kreativ itu penting, karena akan melahirkan karya-karya. Di kondisi panedmi seperti saat ini, seniman harus beradaptasi agar tetap bisa menjalani proses kreativ itu. Terbayang jika seniman tidak menemukan lagi cara atau bagaimana proses kreativ itu dijalani. Karena itu adaptasi sesegera mungkin memang harus dilakukan seniman saat pandemi seperti ini,” pungkas Meimura.
Meimura juga mencontohkan bahwa di pandemi Covid-19 saat ini, dirinya memilih menggunakan kanal virtual, secara daring untuk terus berproses, melahirkan karya-karya, khususnya lakon-lakon Ludruk yang menjadi bagian dari tanggungjawabnya sebagai seniman.(tok/ipg)