Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) mengajak umatnya untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2570 Kongzili (2019 Masehi) dengan kesederhanaan.
“Agar merayakan dengan kesederhanaan, karena hakikat Imlek bukan untuk pesta pora apalagi berhura-hura, ini momentum refleksi diri, memperbanyak ibadah, lebih peduli terhadap sesama dan meningkatkan silaturahim antarsesama warga bangsa,” kata Budi Santoso Tanuwibowo Ketua Umum Matakin, seperti dilansir Antara.
Dia mengatakan kepedulian terhadap sesama itu selaras dengan tema Imlek tahun ini yaitu Penimbunan Kekayaan akan Menimbulkan Perpecahan di antara Rakyat, Tersebarnya Kekayaan akan Menyatukan Rakyat.
Menurut dia, penting bagi umat Khonghucu untuk selalu bisa berbagi seiring masih banyaknya orang miskin yang perlu dibantu. Orang beragama sudah seharusnya ikut membantu kesulitan orang lain.
Budi mengatakan pembangunan memang membawa pada kemajuan tapi tetap saja akan ada ketimpangan yang terjadi seperti munculnya orang miskin. Jika hal itu dibiarkan akan rawan terhadap segala sesuatu seperti ketidakstabilan.
“Jurang antara kaya dan miskin masih tinggi, banyak yang masih di bawah garis kemiskinan, tentu kita tidak boleh menutup mata dan lebih melakukan upaya-upaya agar mereka yang ada di garis kemiskinan dapat terangkat,” katanya.
Secara umum, dia berharap di tahun ini Indonesia bisa lebih maju dalam berbagai bidang, salah satunya dari sisi ekonomi. Pertumbuhan Indonesia harus menuju pada kemakmuran yang berkeadilan.
“Adil berkemakmuran. Adil kalau tidak makmur ya repot, makmur tidak adil ya repot juga, harus seimbang,” katanya.
Terkait keharmonisan umat beragama dalam berbangsa dan bernegara, dia berharap agar masyarakat semakin dewasa dalam menyikapi perbedaan karena dalam skala tertentu terdapat gesekan karena berbeda.
Lebih baik, kata dia, mencari persamaan-persamaan daripada membesar-besarkan perbedaan yang bisa kontraproduktif terhadap keharmonisan.
“Agama itu memanusiakan manusia. Jangan kemudian karena demi agama tidak memanusiakan manusia. Terlepas dari apapun agama ini harus memiliki kadar kemanusiaan. Jangan mentang-mentang karena satu agama kemudian yang salah kita bela, yang benar dari agama lain tidak kita bela,” kata dia.
Budi juga mengajak umat Khonghucu dan masyarakat pada umumnya untuk menjaga kelestarian alam agar keindahannya bisa diwariskan kepada anak cucu kelak. Kemudian di ranah kenegaraan, agar pemerintahan ke depan agar lebih baik dan bersih, bekerja bukan pencitraan, penegakkan hukum yang adil dan hal lainnya.
“Harapan kami, Indonesia yang sesuai pembukaan UUD 1945,” katanya. (ant/dwi)