Sabtu, 23 November 2024

Migas Penyumbang Pendapatan Kedua Terbesar Setelah Pajak

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Ali Masyhar Kepala SKK Migas Perwakilan Jabanusa saat menjadi pembicara dalam diskusi 'Rembuk Migas dan Media' dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 2019 yang diadakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim di Hotel Kampi, Surabaya pada Rabu (6/2/2019). Foto: Iping suarasurabaya.net

Minyak Bumi dan Gas (Migas) menjadi sektor penting dalam pembangunan Indonesia. Pasalnya, sektor Migas menjadi penyumbang pendapatan negara terbesar kedua setelah sektor Pajak.

Ali Masyhar Kepala SKK Migas Perwakilan Jabanusa mengatakan, pembangunan baru bisa dibicarkan ketika suatu negara mampu memenuhi kebutuhan energinya. Dan saat ini Migas masih sangat diharapkan kontribusinya oleh negara.

“Migas ini masih sangat diharapkan, terkait penerimaan negara. Hari ini masih nomor dua, setelah sektor pajak,” kata Ali ketika menjadi pembicara dalam diskusi ‘Rembuk Migas dan Media’ dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 2019 yang diadakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim di Hotel Kampi, Surabaya pada Rabu (6/2/2019).

Ia menilai, kontribusi besar migas menjadi semacam katalisator tumbuhnya sektor-sektor lain di Indonesia. Ali juga menyebutkan, saat ini Migas bahkan menyumbang negara lebih banyak dari semua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia.

“Hingga saat ini migas masih menyumbang Rp 240 triliun dan bahkan lebih besar dari sumbangan BUMN di Indonesia,” ujarnya.

Sejalan dengan Ali, Hadi Prasetyo Pengamat Migas mengatakan, saat ini Migas memang menjadi sektor krusial dalam pendapatan negara. Namun, ia juga mengingatkan bahwa kontribusi Migas pada pendapatan negara terus menurun.

“Tahun 1973 sampai 1983 itu pernah 60 persen, tergantung APBN pada migas. Sekarang itu terus menurun, diganti kontribusi pajak,” kata Hadi ketika ditemui di tempat yang sama.

Hadi berharap, Indonesia bisa mengerjakan migas sendiri sehingga tidak perlu ditawarkan pada asing. Dengan begitu, pendapatan negara dari sektor ini bisa lebih tinggi.

“Untuk Malaysia, mereka sudah punya Petronas. Hanya sebagian saja yang mereka tawarkan, sisanya digarap Petronas sendiri. Karena ada Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu. Kita kan, Pertamina kan, mestinya semampu itu,” pungkasnya. (bas/wil/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs