Menjawab kegelisahan masyarakat mengenai kelayakan air bersih yang dikonsumsi di tengah pandemi Covid-19, Universitas Surabaya menggelar webinar Covid-19 and water issue bertema Perspective From Water Professional and Regulator, diikuti mahasiswa, masyarakat, lembaga penelitian, hingga aktivits lingkungan hidup.
Webinar Covid-19 and water issue dengan tema Perspective From Water Professional and Regulator ini digelar program studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Surabaya bersama Pusat Studi Lingkungan (PSL) dan Pusat Studi Energi Terbarukan (PSET) Universitas Surabaya.
Pada webinar ini Ubaya mengundang beberapa narasumber dari akademisi dan praktisi sebagai pembicara, yaitu Prof. Lieke Riadi, Ph.D. selaku Guru Besar Program Studi Teknik Kimia Ubaya, Dr. Drs. Daniel Joko Wahyono, M. Biomed. selaku Dosen Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Ir. Barce Simarmate, M.Sc. selaku Direktur Teknik PAM Jaya Jakarta.
Webinar ini dipandu langsung oleh Yunus Fransiscus, S.T., M.Sc selaku Dosen selakigus Ketua Laboran Teknologi Bioproses dan Proses Lingkungan Teknik Kimia Ubaya.
Putu Doddy Sutrisna, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Kepala Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Ubaya menyampaikan jika topik webinar ini penting untuk memberi edukasi dan mengurangi keresahan masyarakat terkait kondisi air maupun air limbah selama pandemi Covid-19.
Pembahasan webinar dibagi menjadi dua bagian yaitu sesi pertama dibawakan dari sisi akademisi yang membahas teori dan sesi kedua oleh praktisi terkait situasi praktik dilapangan. “Webinar ini ingin menjawab kegelisahan dan pertanyaan yang ada di masyarakat mengenai kelayakan air yang dikonsumsi setiap hari,” sambung Putu.
Prof. Lieke Riadi, Ph.D., Guru Besar Program Studi Teknik Kimia Ubaya memaparkan mengenai water safety dan kualitas air yang menjadi kepentingan masyarakat. Masyarakat perlu mengetahui terlebih dahulu jenis penyakit yang berhubungan dengan air yaitu waterborne merupakan transmisi penyakit melalui air minum.
Selanjutnya, water-washed terkait dengan ketersediaan air yang tidak cukup bersih atau hygiene. Kemudian, water-based adalah transmisi penyakit melalui aquatic invertebrate host.
Keresahan masyarakat terkait kualitas air dapat diketahui dengan memperhatikan tiga indikator. Pertama, indikator biological seperti adanya bakteri, virus, protozoa atau cacing. Kedua, indikator chemical yaitu adanya mineral, bahan metal atau kimia lain, dan terakhir indikator physical seperti temperatur, warna, bau, atau rasa.
“Hingga saat ini tidak ada evidence atau bukti bahwa virus Covid-19 dapat ditransimisikan melalui air minum atau sistem air buangan dengan dan tanpa pengolahan. Penelitian dan bukti saat ini hanya menyatakan bahwa virus Covid-19 ditransmisikan dari orang ke orang melalui bersin, batuk, atau kontak langsung dengan penderita yang terkontaminasi,” kata Lieke Riadi.
Senada dengan itu, Dr. Drs. Daniel Joko Wahyono, M. Biomed., Dosen Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, menyampaikan bahwa terkait praktik WASH (Water, Sanitation, and Hygiene) yang perlu diperhatikan saat pandemi Covid-19.
Pertama, pengolahan air minum yang aman dan sanitasi dengan desinfeksi air bersih serta perlakuan sanitasi. Selanjutnya, pelatihan dan perlindungan pekerja sanitasi air untuk mencegah terjadinya resiko penularan Covid-19 dengan pemberian fasilitas alat pelindung diri (APD) di tempat kerja.
Selain pembahasan dari akademisi, hadir pula praktisi perusahaan daerah air minum Jakarta, Ir. Barce Simarmate, M.Sc., Direktur Teknik PAM Jaya Jakarta menjelaskan dalam menghadapi kondisi pandemi Covid-19, PAM Jaya mendukung kebijakan pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19 di daerah Jakarta dengan menyediakan 190 unit tangki dan wastafel cuci tangan di beberapa tempat protokol, kantor pelayanan publik, perumahan padat penduduk, rumah sakit, dan halte.
“Tim fasilitas produksi dan distribusi air minum tetap bekerja namun adanya implementasi protokol kesehatan yang ketat di lingkungan produksi. Sedangkan tim yang bekerja di pelayanan pelanggan, membatasi pertemuan dengan pelanggan khususnya pembaca meter. Bagi yang terlambat membayar denda boleh ditunda. Saat ini kami sedang membahas relaksasi bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah,” papar Barce Simarmate.
Barce Simarmate menegaskan water research di Australia menyebutkan pengolahan air minum menerapkan sistem pengolahan filtrasi dan desinfeksi. Sistem ini mampu mengeliminasi atau menghilangkan Covid-19. Kemudian WHO (World Health Organization) menambahkan jika air minum yang dimasak sebelum dikonsumsi itu memastikan bahwa Covid-19 tidak akan bertahan di air.(tok/rst)