Jumat, 22 November 2024

Terkendala Keamanan, Repertoar Teatrikal Zona Hitam Batal Tampil

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Replika peti mati properti Zona Hitam dijadikan monumen di Balai Pemuda. Foto: Totok suarasurabaya.net

Teatrikal Zona Hitam yang dijadwalkan tampil pada Senin (15/6/2020) siang kemarin, akhirnya batal tampil karena terkendala kondisi keamanan Kota Surabaya.

Luhur Kayungga Sutradara Zona Hitam menyampaikan bahwa Senin (15/6/2020) kemarin seluruh aktor dan aktris pendukung pementasan lakon Zona Hitam sudah siap tampil untuk menyampaikan pesan pada masyarakat. Tetapi sampai menit terakhir menjelang penampilan, aparat keamanan melarang Zona Hitam tampil.

“Perizinan sudah kami kantongi, karena sebelumnya kami sudah bertemu dan melaporkan rencana pentas kami kepada Polisi. Oleh karena itu, kami semua bersiap-siap untuk tampil sesuai jadwal pada Senin (15/6/2020) pukul 13.00. Tapi rencana itu batal. Kawan-kawan Kepolisian menyebutkan pelarangan tampil dikarenakan faktor keamanan,” terang Luhur, Rabu (17/6/2020).

Informasi yang beredar pada Senin (15/6/2020) akan digelar aksi unjuk rasa oleh sebuah kelompok masyarakat dengan memilih lokasi aksi di sekitaran gedung negara Grahadi Jalan Gubernur Suryo, Surabaya. Titik aksi itu bersamaan dengan rute aksi yang bakal dilaksanakan oleh lakon Zona Hitam.

“Karena itu kami memilih tidak meneruskan pementasan lakon Zona Hitam yang rencananya memang bergerak dari Balai Pemuda menuju Grahadi lewat Jalan Gubernur Suryo melawan arus, menuju ke Balai Kota, lalu kembali lagi ke Balai Pemuda, dengan berjalan kaki. Kami memang hanya teatrikal, tanpa orasi. Tapi karena pertimbangannya keamanan, repot juga ini,” lanjut Luhur yang juga sutradara Teater Api Indonesia (TAI) Surabaya.

Zona Hitam papar Luhur berkisah tentang kondisi Kota Surabaya yang dimata sang sutradara telah lama terporak-porandakan oleh berbagai kepentingan. Mulai dari politik, pemerintah, perorangan hingga terjadinya pandemi Covid-19 hari ini.

Kota Surabaya telah lama mati, sejarah kotanya telah dikubur oleh citra lipstik atas nama pembangunan. Hotel, apartemen, kondominium, mall-mall dan plaza telah menyumbat tanah-tanah serta menyesaki hirupan udara. Tebaran dan gemerlap lampu-lampu, gantungan sangkar burung, lampion, baliho iklan, telah menjadikan kota ini sebagai onggokan dan tumpukan sampah yang terus menindih. Hias taman-taman kotanya hanya merebut pesona kompleks prostitusi dan rumah-rumah bordir.

“Di mana rumah tempat Bung Tomo mengobarkan nyali rakyatnya untuk menghadang martir dan kokangan senjata?? Dimana kidungan dan lawakan itu? Di mana Sarip Tambak Oso yang tegas melawan orang yang asing berani memeras rakyat atas nama pajak di tanah kelahirannya? Di mana teriakan para rocker menghujat ketimpangan sosial di kotanya? Sebelum pandemi Covid-19 ini, kota ini telah lama dikubur hidup-hidup dan mati.
Selamat datang di kota Zona Hitam,” papar Luhur.

Ditemui di tempat berbeda, Leng Ridho satu diantara pendukung repertoar Zona Hitam meminta maaf kepada semua pihak termasuk pada sejumlah awak media yang saat itu sudah bersiap-siap untuk melakukan reportase pentas teater jalanan yang digagas TAI Surabaya, Dewan Kesenian Surabaya dan Balai Pemuda tersebut.

“Oleh kawan-kawan Kepolisian, kami diberikan kesempatan untuk bisa tampil pada Selasa (16/6/2020). Tapi setelah kami rundingkan diantara kami sendiri, akhirnya kami putuskan mengurungkan penampilan Zona Hitam. Sebagai gantinya, seluruh properti peentasan diantaranya dua replika peti mati kami jadikan monumen di halaman Balai Pemuda. Terkait pementasan, kami berencana akan menyusunnya kembali,” pungkas Leng Ridho, Rabu (17/6/2020).(tok/iss/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs