Sabtu, 23 November 2024

Gerakan Daring Mahasiswa Menuntut Perubahan di Tengah Pandemi

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Poster Konsolidasi Terbuka menuntut penurunan UKT yang digelar Kesatuan Aksi Mahasiswa Unesa (KAM Unesa). Foto: twitter @KamUnesa

Selasa malam, 24 Maret 2020, kasus infeksi Covid-19 di Surabaya makin tak terkendali. Wacana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) semakin santer di media massa. Saat itu, seluruh mahasiswa di kampusnya sudah harus menjalani kuliah secara dalam jaringan (daring/online).

Malam itu, Nada Afifah Amallina yang di rumah saja, di kampung halamannya di Kabupaten Trenggalek, sedang fokus pada gawainya. Dia tidak sedang menyimak mata kuliah online karena sudah lepas jam kuliah. Dia juga tidak sedang nonton drama Korea atau channel YouTube favoritnya.

Adalah sebuah diskusi lewat google meet yang mengharuskannya tidak hanya menyimak, tetapi juga berpikir keras. Bukan. Mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu tidak sedang mengikuti webinar Program Prakerja. Dia masih aktif sebagai mahasiswa.

Nada sedang terlibat konsolidasi bersama para aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Unesa (KAM Unesa) untuk membahas sejumlah persoalan di lingkungan kampusnya, yang juga terdampak wabah Covid-19.

Dia sedang menyimak berbagai argumen kawan-kawannya. Sementara otaknya memproses semua informasi itu, pada saat yang sama otaknya juga sedang memproses informasi itu dengan beragam memori untuk mencari solusi.

Tak jarang ada suara-suara yang meninggi. Lalu suara kawannya yang lain berusaha meredam perdebatan. Mereka semua bersemangat mengutarakan pendapat tentang pelbagai masalah yang mereka hadapi selama Pandemi Covid-19.

Setelah melewati berbagai silang argumen, diskusi itu sampai pada sebuah keputusan. Mereka sepakat melakukan aksi menuntut kampus mengambil kebijakan tentang Uang Kuliah Tunggal (UKT) semester depan bagi mahasiswa terdampak pandemi korona.

Alasannya jelas, pandemi Covid-19 di Surabaya, yang kemudian meluas di seluruh daerah di Jatim telah membawa dampak besar perekonomian keluarga mereka. Juga sebagian besar keluarga mahasiswa Unesa lainnya.

Aktivis KAM Unesa yang terlibat dalam konsolidasi itu sepakat mendapuk Nada jadi koordinator aksi. Di bawah koordinasinya, kawan-kawannya sepakat menjalankan aksi yang tidak biasa. Bukan turun ke jalan seperti gerakan konvensional, mereka inisiasi gerakan lewat media sosial.

Nada yakin, gerakan daring adalah cara paling aman untuk meminimalisir risiko terpapar Covid-19. Mereka pun sepakat, tidak ada konsolidasi aksi yang dilakukan secara tatap muka. Apalagi, sudah banyak mahasiswa yang memilih pulang ke kampung halaman masing-masing.

Kepada suarasurabaya.net Nada bercerita, sejak konsolidasi pertama itu, setidaknya butuh satu bulan untuk menyusun tuntutan tertulis kepada rektorat dan mengumpulkan lebih banyak massa. Mahasiswa dari berbagai jurusan itu pun bertemu dalam sebuah grup WhatsApp.

“Kami ajak kawan-kawan dari BSO dan LSO per jurusan, juga Ormawa lainnya. Bersama-sama kami kaji, apa sih sebenarnya yang salah dari sistem daring selama pandemi ini? Apa sih yang harusnya kami dapat, tapi tidak kami dapat? Harusnya birokrasi kayak gimana? Apa yang harus kami tuntut dan kritisi?” Ujarnya.

Mahasiswa aktivis kampus Unesa itu memulai aksi daringnya secara resmi pada 10 Mei. Beragam tuntutan mereka lancarkan lewat akun Instagram dan akun Twitter Kesatuan Aksi Mahasiswa Unesa (KAM Unesa) yang sudah ada sejak 2016.

Nada mengisahkan, KAM Unesa terbentuk pertama kali untuk mengadvokasi pegawai food court di lingkungan Unesa yang tidak dapat gaji selama dua bulan. Platform gerakan daring itu kemudian terus aktif membahas sejumlah isu kampus dan isu nasional sampai sekarang.

Gerakan menuntut penurunan UKT Unesa di media sosial selalu disertai tagar #UnesaResah. Awal mei itu, mereka unggah tuntutan tertulis kepada kampus untuk pertama kalinya. Setelahnya, mereka aktif mengawal tuntutan dengan berbagai konten grafis dan video kreatif.

Gerakan online itu, terutama di twitter, cukup aktif. Di bawah koordinasi Nada, para aktivis rajin membuat cuitan dan unggahan tentang keresahan mereka soal UKT di tengah Pandemi. Mereka juga rajin mencuit perkembangan termutakhir tentang tuntutan yang mereka tujukan ke rektorat.

salah satu cuitan KAM Unesa di twitter. Foto: tangkapan layar akun twitter @KamUnesa

Di Instagram, mereka aktif mengunggah konten seperti poster sampai infografis yang berisikan tuntutan. Pada 15 Mei 2020 mereka sempat menggelar konsolidasi akbar dengan jumlah massa yang lebih banyak lewat aplikasi zoom.

Hampir dua minggu berlalu, gerakan mereka tetap menemui jalan buntu. Tak satupun pihak rektorat yang merespons. Nada memutuskan untuk menelepon langsung Suprapto Wakil Rektor II yang menaungi Bidang Umum dan Keuangan.

“Akhirnya saya kontak Warek II. Direspons. Itu sebelum hari raya (Idul Fitri). Waktu itu saya mikir, kok, birokrasi enggak ada kabar juga, ya? Akhirnya kami sepakat untuk melakukan kontak via telepon,” katanya.

Tak hanya itu, mereka juga melayangkan surat terbuka dari KAM Unesa langsung ke Warek II dan diunggah ke media sosial mereka. Isinya, tuntutan dan permohonan audiensi dari pihak birokrasi dengan mahasiswa.

“Akhirnya ada jawaban. ‘Iya Mbak, kami rapim (rapat pimpinan)-kan dulu,” katanya.

Surat Terbuka KAM Unesa di Instagram. Foto: tangkapan layar akun instagram @kamunesa

Sembari menunggu, Nada dan kawan-kawannya tidak sekadar rebahan. Mereka terus memproduksi konten-konten tuntutan yang mereka unggah melalui kanal-kanal gerakan di medsos. Salah satu konten yang cukup provokatif berhasil mengundang perhatian rektorat.

Pihak rektorat merasa tersinggung dengan salah satu konten gerakan ini. Bagi Nada, itu hanya berarti satu hal. “Oh, oke, berarti birokrasi mulai memperhatikan. Mereka mulai melirik gerakan kami,” ujarnya. Keberatan rektorat itu justru membuat Nada semakin bersemangat.

Komunikasi dengan pihak rektorat terus dia lancarkan untuk mem-follow up hasil rapat pimpinan yang dijanjikan Warek II. Dia kirimkan sejumlah pesan berisi pertanyaan mendesak kepada Warek II soal hasil keputusan rapim yang mereka tunggu-tunggu.

Penantian mahasiswa dengan berbagai aksi yang terus dilancarkan tidak sia-sia. Selasa, 26 Mei 2020, sebuah surat yang mereka tunggu beberapa minggu akhirnya muncul.

Gerakan daring KAM Unesa di bawah koordinasi Nada akhirnya berujung pada terbitnya Surat Edaran untuk Pimpinan Fakultas, Pascasarjana, dan Unit Kerja tentang skema penyesuaian UKT. Profesor Nurhasan Rektor Unesa telah membubuhkan tanda tangan dalam surat tersebut.(bas/den/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs