Nadiem Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan memutuskan akan membuka kembali aktivitas sekolah di zona hijau, dengan mengatur protokol kesehatan selama kegiatan belajar mengajar. Pernyataan itu dilontarkan saat konferensi pers virtual pada Senin (15/6/2020).
Namun wacana pembukaan sekolah ini masih menimbulkan kekhawatiran oleh banyak orang tua. Prof Anita Lie Pengamat Pendidikan Jatim menyarankan pihak sekolah mulai menyiapkan protokol kesehatan mulai saat ini, untuk mengurangi tingkat kekhawatiran orang tua tersebut. Apalagi menurutnya, Indonesia memiliki keuntungan karena bukan menjadi negara pertama yang menghadapi Covid-19.
Berikut jenis-jenis protokol kesehatan yang diterapkan berbagai negara mulai dari China, Kanada, Korea Selatan hingga Jerman, yang dihimpun suarasurabaya.net:
1. Wuhan, China
Wuhan, kota dengan episentrum penyebaran virus Covid-19 secara global, memutuskan untuk membuka kembali 121 institusi sekolah setara SMA/SMK pada Rabu (6/5/2020) lalu. Awalnya, tidak semua angkatan masuk di hari pertama pembukaan sekolah, tapi lebih dikhususkan untuk angkatan terakhir untuk persiapan ujian dan masuk universitas.
Dilansir dari CBS News, pemerintah mewajibkan semua staf sekolah dan siswa di Wuhan diwajibkan menjalani tes Covid-19. Pihak sekolah juga melakukan pembersihan dan penyemprotan disinfektan secara menyeluruh.
Sejak berjalan melewati gerbang sekolah, para siswa di Wuhan sudah disambut dengan mesin thermal scanner. Bagi mereka yang terdeteksi suhu 37,5 keatas tidak akan diizinkan masuk.
Jam masuk pun diatur agar tidak ada penumpukan staf maupun siswa saat masuk dan pulang sekolah, untuk meminimalisir risiko pelanggaran physical distancing.
Seperti yang ada di Wuhan No.17 Middle School, beberapa petugas kepolisian berjaga di depan gerbang sekolah untuk ikut menjaga keamanan saat pembukaan sekolah hari pertama.
Saat masuk ke kelas, para siswa menduduki meja belajar masing-masing yang sudah dilengkapi dengan partisi plastik atau penyekat bangku.
Pihak sekolah juga mengatur meja belajar dan kapasitas kelas yang lebih kecil. Siswa duduk di meja masing-masing dengan jarak 3,3 kaki atau 1 meter.
2. Quebec, Kanada
Jika pemerintah Wuhan hanya membuka sekolah menengah untuk pembukaan awal sekolah, salah satu kota di Kanada, Quebec, telah membuka sekolah dasar sejak 11 Mei 2020, dengan mengatur kapasitas kelas maksimal hanya 15 siswa.
Seperti yang terlihat di Queen Elizabeth School, pihak sekolah mengatur jarak dua meter antar siswa. Mereka menggambar lantai berbentuk persegi-persegi, sebagai batas agar anak-anak untuk memiliki ruang mereka sendiri.
Naomi Fishman salah satu di Queen Elizabeth School mengatakan, ia harus menjelaskan dengan sederhana kepada anak-anak dengan adanya pembatasan ini. Untuk itu, ia menyebut batas tersebut sebagai ‘pulau’.
“Ini adalah pulau mereka dengan semua yang mereka butuhkan untuk hari pembelajaran mereka, dan itu adalah ruang pribadi mereka,” kata Fishman seperti yang dilansir CTV News.
Meski di sekolah tersebut belum pernah memiliki kasus Covid-19, namun pihak sekolah mengambil langkah-langkah untuk membatasi penyebaran virus. Berbagai aturan cuci tangan dan sanitasi diterapkan.
Guru juga lebih banyak mengadakan sistem pembelajaran di luar kelas untuk menghindari penyebaran virus di ruang tertutup.
Pihak sekolah juga menyediakan ruang isolasi, bagi staf atau murid yang menunjukkan gejala. Ruang isolasi tersebut dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD), masker dan sarung tangan.
3. Seoul, Korea Selatan
Menyusul China dan Kanada, salah satu sekolah menengah atas di Seoul, Korea Selatan, juga memberlakukan pembukaan sekolah pada 27 Mei lalu.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) meminta semua staf sekolah dan siswa untuk mengenakan masker dan mematuhi langkah-langkah kebersihan pribadi seperti batuk ke lengan dan mencuci tangan.
Pihak sekolah juga memberi garis batas jalan untuk menghindari kerumuman, sehingga para murid dapat berjalan secara “single past” dan meminimalisir kontak fisik dengan murid yang lain.
Siapa pun yang memasuki gedung sekolah juga harus melalui thermal scanner. Jika ada yang menunjukkan gejala Covid-19 atau demam 37,5 derajat celcius, orang itu kemudian akan dikirim ke tempat uji Covid-19 terdekat dengan ambulans.
“Ketika seseorang di dalam sekolah dikonfirmasi (Covid-19), semua staf dan siswa dipulangkan dengan mengenakan masker, sementara pihak berwenang setempat dan tim satuan tugas melakukan penyelidikan epidemiologis dan disinfeksi,” Jung Eun-kyeong Direktur KCDC seperti yang dilansir ABC News.
Pihak sekolah menata ulang meja dan kursi di ruang kelas dan kafetaria untuk menjaga jarak maksimum antara siswa. Beberapa sekolah bahkan mengadopsi partisi atau penyekat di kafetaria untuk mencegah penularan virus. Mereka juga meminta siswa untuk tidak mengobrol dengan teman-teman selama jam istirahat.
Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah yang pertama mengadakan kelas pada 20 Mei lalu. Siswa kelas satu, dua, sembilan, dan sebelas akan mengikuti satu minggu setelahnya. Sisanya, para siswa akan kembali ke sekolah pada minggu-minggu berikutnya di bulan Juni.
Kementerian Pendidikan Korsel telah merekomendasikan setiap sekolah untuk beroperasi dengan pengaturan waktu yang flesiben, untuk menjaga jarak maksimum antara siswa, seperti memulai kelas pada waktu yang berbeda dan memanfaatkan pelajaran online.
4. Neustrelitz, Jerman
Pada pertengahan Mei, New York Times pernah menceritakan kisah siswa sekolah menengah bernama Lea Hammermeister, tentang kegiatannya sebelum pergi ke sekolahnya, di Neustrelitz, kota kecil di Jerman utara.
Sebelum pergi ke kelas, ia mengambil alat uji tes virus. Hammermeister memasukkan kapas ke tenggorokannya, lalu menutup dan memberi label sampel sebelum kembali ke kelas. Malamnya, dia menerima hasilnya melalui email bahwa hasilnya negatif. Sehingga, ia diperbolehkan menggunakan stiker hijau yang memungkinkannya masuk sekolah tanpa masker.
Apa yang dilakukan Hammermeister dan teman-temannya adalah protokol kesehatan yang wajib dilakukan sebagai upaya mencegah Covid-19 saat pembukaan sekolah.
“Aku sangat lega,” katanya bahagia sembari mengatakan bahwa ia merasa aman berada di sekitar teman-teman sekelas dan gurunya, yang semuanya dinyatakan negatif.
Kanselir Angela Merkel mengumumkan sekolah-sekolah di Jerman kembali dibuka pada 4 Mei lalu dengan memprioritaskan murid di tahun terakhir sekolah dasar dan menengah.
Salah satu protokol kesehatan yang diterapkan di negara tersebut antara lain memangkas setengah dari jumlah kapasitas kelas. Selain itu, lorong-lorong sekolah dibuat menjadi satu arah dan jam istirahat diatur secara bergilir untuk menghindari interaksi.
Para staf dan murid tentu juga diwajibkan mengenakan masker.
Jerman telah menjadi negara yang bisa dikatakan cukup berhasil dalam memperlambat penyebaran virus secara metodis dan menjaga angka kematian relatif rendah.(tin/ipg)