Produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan Indonesia berpotensi di pasar industri senjata di Mesir dan negara lainnya di kawasan Afrika, karena kualitasnya sudah berkelas dunia.
“Kualitas produk alutsista kita sudah dipakai di banyak negara serta memiliki harga yang kompetitif sehingga akan mampu bersaing dengan produsen senjata lain,” ujar Helmy Fauzi Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Mesir melalui keterangan tertulis yang diterima di Denpasar, Bali, seperti dilansir Antara.
Ia menjelaskan pihak Mabes TNI sudah melakukan penjajakan kerja sama pertahanan Indonesia-Mesir. Hal ini ditandai dengan kunjungan kerja Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) Marsekal Muda TNI Kisenda Wiranata Kusuma ke Mesir pada 6-8 Februari 2019.
Dalam kegiatan tersebut, Kisenda melakukan sejumlah pertemuan termasuk dengan pejabat dari Military Intelligence Directorate (MID) Mesir. Pada pertemuan itu disinggung ide penjajakan berbagi informasi intelijen kedua negara.
“Kunjungan Kepala Bais TNI ini adalah momentum yang harus dimanfaatkan dalam rangka peningkatan hubungan bilateral Indonesia-Mesir yang sudah berlangsung puluhan tahun,” jelas Dubes Helmy.
Lebih lanjut, ia mengakui informasi mengenai produksi alutsista Indonesia masih kurang tersedia di Mesir. Ditambah, industri pertahanan juga belum optimal dalam melakukan sosialisasi maupun promosi ke Negeri 1.000 Menara ini. Bahkan dalam pameran pertahanan Mesir pada Desember 2018 lalu, di mana KBRI Kairo secara khusus berpartisipasi, hanya ada satu industri pertahanan swasta dan tidak ada satupun BUMN pertahanan yang ikut meramaikan.
“Kami sudah berkali-kali mengajak dan mengundang industri pertahanan nasional untuk berpromosi ke Mesir, tapi masih belum terealisasi secara optimal,” kata Dubes Helmy.
Padahal, lanjut dia, Mesir mempunyai program modernisasi persenjataan militer yang baik. Terlebih, angkatan bersenjata Mesir masih banyak menggelar operasi kontra-insurgensi. Apalagi, secara geopolitik, Mesir memiliki peran signifikan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Untuk itu, Dubes Helmy berpendapat alutsista seperti senapan ringan, kapal cepal, dan munisi, berpeluang untuk ditawarkan ke Mesir.
“Saat ini Mesir semakin melirik produk industri pertahanan non-Amerika Serikat sehingga produk nasional kita punya peluang untuk dipasarkan di sana,” kata Dubes Helmy.
Terkait upaya peningkatan promosi alutsista RI, Dubes Helmy mengatakan sudah menemui Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu di Kantor Kemenhan, pada 4 Februari lalu. Dalam pertemuan tersebut dibahas peluang peningkatan kerja sama Indonesia-Mesir di bidang pertahanan. Dirinya berharap Menteri Pertahanan dapat ikut membantu mempromosikan alutsista Indonesia ke Mesir. Salah satu caranya adalah melakukan penjajakan peningkatan kerja sama pertahanan kedua negara.
“Mengingat Mesir juga memiliki Menteri urusan Produksi Militer, patut juga dijajaki peluang kerja sama antar industri pertahanan kedua negara,” tandas Dubes Helmy.
Menurut dia, selama ini pasar Afrika termasuk Mesir merupakan pasar potensial bagi produk-produk Nusantara. Komoditas kopi dan kelapa sawit misalnya, merupakan jenis komoditas yang laris manis. Apalagi, Presiden Joko Widodo sudah mengajak para pebisnis untuk melihat potensi pasar Afrika.
“Perekonomian di kawasan Afrika terus tumbuh dan saat ini adalah waktu tepat untuk mengencarkan promosi produk alutsista kita,” ujar dia.
Berdasarkan data BPS yang diunduh dari Kemendang RI, total perdagangan Indonesia-Mesir pada periode Januari-November 2018, tercatat sebesar 1,07 miliar dolar AS. Ekspor Indonesia ke Mesir tercatat sebesar 949 juta dolar AS, sedangkan impor Indonesia dari Mesir sebesar 121 juta dolar AS. Dengan demikian, surplus untuk Indonesia dalam neraca perdagangan dengan Mesir pada periode tersebut 828 juta dolar AS. (ant/dwi)