Sabtu, 23 November 2024

Bertugas di IGD RS Dr Soetomo, Dr Miftah Berpulang Akibat Covid-19

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Dokter Miftah Fawzy Sarengat dokter residen peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang meninggal karena Covid-19, Rabu (10/6/2020). Foto: Istimewa

Dokter Pesta Parulian Humas RS Dr Soetomo Surabaya mengatakan, Almarhum dr Miftah Fawzy Sarengat sehari-hari bertugas di bagian garda dua Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Pesta mengakui, semua tenaga medis di semua rumah sakit di Indonesia memang harus menghadapi risiko tertular virus penyebab Covid-19. Apalagi, pasien yang datang belakangan terus meningkat.

Di RS Dr Soetomo, tenaga medis dan paramedis di IGD juga harus merawat pasien dengan kecenderungan yang belum diketahui. Apakah pasien itu terjangkit Covid-19 atau tidak.

Setiap hari, meski menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap, para tenaga medis ini harus menangani satu per satu pasien mulai dari pemeriksaan anamnese sampai tes cepat dan penanganan lain.

“Saya tidak bisa bilang, di mana beliau (dr Miftah) terinfeksi. Tetapi itulah kenyataan yang kami hadapi di rumah sakit. Bisa saja faktor kelelahan atau stress dengan pasien yang akhir-akhir membludak,” ujarnya.

Selepas jaga, pekan lalu, dokter Miftah mengalami gejala demam dan batuk-batuk. Dokter peserta PPDS Penyakit Dalam FK Unair itu sempat dirawat di Rumah Sakit Husada Utama.

“Karena ada muntah-muntah, istrinya yang bertugas di Husada Utama membawa beliau ke sana. Akhirnya lima hari lalu kami ambil alih perawatannya karena beberapa pertimbangan,” kata Pesta, Rabu (10/6/2020).

Pertimbangan pertama, kata dia, karena dr Miftah memang sehari-hari bertugas di RS Dr Soetomo. Kedua, supaya komunikasi untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu lebih mudah bagi tim RS Dr Soetomo.

“Ketiga, karena memang ada komorbid, ada faktor penyulit buat dokter Miftah yang memang cukup berat. Beliau ini mengalami obesitas. Berat badannya kalau tidak salah sekitar 115 kilogram,” ujarnya.

Obesitas yang dialami dr Miftah itulah yang dia duga menjadi faktor yang membuat infeksi virus SARS CoV-2 semakin berat. Dalam perkembangannya, daya tahan tubuhnya juga tidak begitu baik.

“Beliau mengalami gagal napas. Setelah kami berjuang habis-habisan, all out dalam hal invasif (penanganan) sampai ke cuci darah, dan segala macam, kami harus rela melepaskannya,” kata Pesta.

Pesta mengaku sedih menceritakan kembali kehilangan yang dia alami, yang juga dialami seluruh tenaga medis di RS Dr Soetomo, juga semua civitas akademika Fakultas Kedokteran Unair Surabaya.

Karena itu dia kembali mengimbau masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran tenaga medis dan pemerintah tentang pola hidup bersih dan sehat.

Tetap memakai masker, jaga jarak, dan sering mencuci tangan dengan sabun, menurutnya adalah hal-hal yang sederhana untuk dilakukan meski PSBB di Surabaya sudah tidak diperpanjang atau saat sudah diterapkan tatanan normal baru.

“Karena kita tidak pernah tahu, orang yang ada di dekat kita itu OTG (orang tanpa gejala) atau tidak. Justru yang carrier seperti itu yang patut diwaspadai,” kata Dokter Pesta.

Dokter Brahmana Askandar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya mengatakan, organisasi itu akan terus mengimbau dokter dan masyarakat tentang protokol kesehatan Covid-19.

IDI Surabaya, kata dia, juga akan terus melakukan evaluasi bagaimana bisa mencegah terjadinya penularan di kalangan dokter dan tenaga medis lainnya sebagai garda terdepan penanganan Covid-19.

“Kami terus melakukan evaluasi dan memperbarui alat pelindung diri (APD). Prosedur-prosedur akan kami perbaiki dan diperketat, agar kejadian serupa tidak terulang lagi,” ujarnya.(den/tin/rts)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs