Sabtu, 23 November 2024

Audisi Beasiswa Bulutangkis Perusahaan Rokok Diduga Lakukan Eksploitasi Anak

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
(Dari kiri ke kanan) Lisda Sundari Ketua Yayasan Lentera Anak, Tubagus Haryo Karbyanto moderator, Sitti Hikmawatty Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Liza Djaprie psikolog dan Hamid Patilima kriminolog dalam jumpa pers tentang dugaan eksploitasi anak dalam Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis di Jakarta, Kamis (14/2/2019). Foto: Antara

Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis yang telah diselenggarakan selama 10 tahun dengan melibatkan anak-anak berusia 6 hingga 15 tahun diduga mengeksploitasi anak untuk mempromosikan produk rokok.

“Anak-anak yang menjadi peserta audisi diwajibkan mengenakan kaos dengan logo produk rokok. Tubuh anak telah digunakan untuk mempromosikan rokok,” kata Lisda Sundari Ketua Yayasan Lentera Anak dalam jumpa pers di Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jakarta, Kamis (14/2/2109).

Lisda membandingkan biaya yang harus dikeluarkan industri rokok untuk beriklan menggunakan spanduk atau media luar griya lainnya, dengan biaya yang jauh lebih murah bila menggunakan kaos yang dipakai anak-anak peserta audisi tersebut.

Karena itu, Lisda menuding alih-alih untuk mencari bibit-bibit olahragawan berprestasi, audisi tersebut lebih bertujuan untuk mempromosikan produk rokok.

“Apalagi, selama 10 tahun penyelenggaraan audisi dengan melibatkan 23.683 anak, hanya 245 anak saja yang akhirnya mendapatkan beasiswa,” tuturnya dilansir Antara.

Sitti Hikmawatty Komisioner KPAI Bidang Kesehatan dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) mengatakan, anak telah dieksploitasi dalam bisnis industri rokok sejak dari hulu hingga hilir.

“Anak-anak dieksploitasi sejak dari pertanian tembakau hingga dalam iklan, promosi dan sponsorship mereka,” katanya.

Liza Marielly Djaprie Psikolog mengatakan, audisi tersebut bertujuan membangun persepsi pada anak-anak bahwa rokok adalah hal yang normal dan baik.

“Persepsi tersebut akan masuk ke dalam memori anak, tinggal menunggu waktu saja mereka akan mulai mencoba rokok dan menjadi konsumen baru. Industri rokok akan selalu mencari regenerasi konsumen,” jelasnya.

Liza mengatakan otak anak bagaikan spons yang menyerap informasi yang diterima sesuai dengan yang disampaikan. Bila rokok dipersepsikan sebagai bulutangkis dan pemberi beasiswa, mereka akan menerima seperti itu.

Sementara itu, Hamid Patilima kriminolog mengatakan rokok telah melemahkan negara dari sisi tumbuh kembang anak. Audisi bulutangkis tersebut akan membawa dampak besar bagi negara.

“Bisa mencetak juara yang berprestasi, tetapi di sisi lain juga akan melemahkan negara. Negara harus bertindak,” katanya.(ant/tin)

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs