Dokter Joni Wahyuhadi Direktur Utama Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya memastikan, hasil PCR perempuan driver ojek online (ojol) yang meninggal setelah kecelakaan dipastikan positif Covid-19.
Video puluhan driver ojol menggeruduk RS Dr Soetomo meminta agar pihak rumah sakit mengizinkan jenazah dimakamkan tanpa protokol Covid-19 sempat beredar luas di media sosial.
Perempuan driver ojol yang mengalami kecelakaan sekitar Rabu (3/6/2020), diduga karena dijambret, itu meninggal Minggu (7/6/2020) siang setelah menjalani perawatan intensif RS Dr Soetomo.
Joni menjelaskan, pasien itu adalah rujukan dari rumah sakit swasta. Tim medis menemukan gejala mirip Covid-19 pada pasien sehingga menerapkan deteksi dengan CT-Scan.
Hasilnya, diketahui ada gambaran bercak putih yang biasa disebut sebagai ground glass opacity di paru-paru pasien. Gambaran ini sangat khas dialami pasien yang terjangkit Covid-19.
Karena itu, meski pasien juga mengalami trauma berat akibat kecelakaan yang dialami, dokter yang menangani menetapkan pasien sebagai pasien dalam pengawasan (PDP).
Soal deteksi dengan CT-Scan ini, Joni mengatakan bahwa tenaga medis di Wuhan, Hubei, China, justru lebih mempercayai metode ini daripada hasil tes PCR untuk penegakan diagnosis.
Terhadap pasien, tenaga medis di RS Dr Soetomo sudah menerapkan rapid test dengan hasil nonreaktif. Namun, karena adanya hasil CT Scan itu, tim medis juga menerapkan tes swab PCR.
Sayangnya, sampai perempuan driver ojol itu meninggal, hasil tes PCR belum keluar. Joni yang juga Koordinator Rumpun Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jatim pun mengumumkan hasilnya belakangan ini.
“Hasil swabnya, ini memang baru keluar setelah beliau wafat, yang bersangkutan positif (Covid-19),” katanya di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (9/6/2020).
Joni pun mengingatkan kepada masyarakat bahwa hasil rapid test tidak bisa dianggap sebagai diagnosis. Hasil nonreaktif rapid test pun yang bersangkutan bisa saja dinyatakan terjangkit dari hasil tes PCR.
“Jadi mohon kawan-kawan ingatkan kepada masyarakat, rapid negatif tetap bisa menderita covid. Justru yang rapid negatif itu yang harus kita waspadai, karena antibodinya belum terbentuk,” ujarnya.
Perlu diketahui, setelah rekan-rekan dan keluarga almarhumah perempuan driver ojol itu protes dengan mendatangi rumah sakit, pihak rumah sakit pada akhirnya menyerahkan jenazah kepada mereka.
Puluhan rekan-rekan dan keluarga almarhumah nekat memakamkan jenazah itu tanpa protokol Covid-19. Meski demikian, sebelum diserahkan, pihak rumah sakit sudah memulasarakan jenazah dengan protokol Covid-19. (den/ang)