Kemunculan Covid-19 di dunia pada akhir 2019 dan di Indonesia pada 2020, “memaksa” masyarakat untuk melibatkan teknologi dalam segala aspek kehidupannya. Contohnya, kegiatan belajar, bekerja, berbelanja, sampai beribadah pun saat ini dilakukan secara daring.
Errol Jonathans Direktur Utama Suara Surabaya Media melihat hal ini sebagai tantangan yang harus dijawab pada ulang tahun ke-37 Radio Suara Surabaya (SS) pada 11 Juni 2020.
Sejak tahun 1999, proses konvergensi sudah dilakukan Suara Surabaya dengan lahirnya suarasurabaya.net. Platform online ini menjadi perwujudan respon Suara Surabaya pada perkembangan teknologi internet saat itu.
Kini, perkembangan teknologi dan konsumsinya di masyarakat, juga perlu direspon oleh Suara Surabaya.
“Kita memperhatikan perkembangan ini. Terapan teknologi ini sampai mana, penggunaannya pada masyarakat sampai tahapan seperti apa, kalau SS media atau radio pengen berperan lagi, harus tahu peta ini. Kira-kira di area mana Suara Surabaya bisa menunjukkan perannya. Sehingga ketika sudah berkembang sedemikian rupa, sehingga eksistensinya (Suara Surabaya) penting dan masih kuat,” jelasnya.
Ia menegaskan, meski begitu, Suara Surabaya sebagai media massa tidak boleh hanya sekadar mengikuti perkembangan teknologi.
Menurutnya, yang menjadi kekuatan utama Suara Surabaya adalah tingkat kepercayaan publik padanya sebagai sumber informasi terpercaya.
“Apalagi dengan berbagai pertumbuhan informasi hoaks, fake news, dan sebagainya. SS radio sampai saat ini masih dipercaya orang sebagai tempat validasi terhadap informasi yang tidak jelas itu,” katanya.
Peran tersebut tidak boleh berkurang dari Radio Suara Surabaya. Errol mengatakan, Radio Suara Surabaya justru harus tetap eksis dalam jurnalistik, keakuratan, fakta, keberimbangan, dan kredibilitas.
“Sebagai media mainstream, tidak mengurangi peran dan kemampuanya untuk mengambil peran di tengah perkembangan informasi yang luar biasa lalu lintasnya, terutama karena teknologinya yag memungkinkan untuk itu,” jelasnya.
Ia mengatakan, dengan berbagai perkembangan teknologi saat ini, setiap orang tidak lagi hanya mengonsumsi berita, tapi sekaligus mampu membuatnya sendiri.
Sebagai media massa, Suara Surabaya harus tetap menjaga kredibilitas dan kaidah jurnalistik.
“Tapi yang penting kredibilitasnya sebagai media massa, yang mengikuti kaidah jurnalistik yang tepat dan benar. saya yakin ini yang membuat SS Radio bertahan di tengah teknologi yang luar biasa ini,” ujarnya.
Kata Errol, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini Suara Surabaya Media tidak menggelar Open House. Hal ini mempertimbangkan kondisi pandemi Covid-19 yang belum tuntas di Surabaya.
“Sekali lagi, tahun ini Radio Suara Surabaya tidak mengadakan Open House. Maka dengan rendah hati, kami mohon maaf, Suara Surabaya tidak menerima kunjungan tamu yang ingin menyampaikan ucapan selamat,” ujarnya.