Sabtu, 23 November 2024
Ramadan Muram Keluarga Pedagang Daging Ayam (6/habis)

Sudah Jatuh Hampir Tertimpa Tangga

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi. Grafis : Purnama suarasurabaya.net

Rina masih belum percaya, Budi, suaminya, terjangkit Covid-19. Bagaimana bisa hanya selang beberapa hari sejak hasil tes PCR negatif di RS Premiere 18 Mei, rumah sakit swasta di Kecamatan Tambaksari itu menyatakan suaminya positif pada 29 Mei?

Ketika menyampaikan cerita ini melalui telepon, suara Rina sudah cukup serak. Beberapa kali terjadi jeda pada titik cerita tertentu ketika dia mengisahkan apa yang dia dan keluarganya alami. Keluarga Pedagang Daging Ayam di Pasar Simo itu telah jatuh ke tangan Covid-19.

Dokter Joni Wahyuhadi Koordinator Gugus Kuratif Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur mengatakan, sangat mungkin terjadi seseorang yang sempat dinyatakan negatif lalu dinyatakan positif terjangkit. Apalagi bila seseorang itu tidak patuh terhadap protokol kesehatan.

Virus SARS CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 itu, kata Joni, adalah virus paling cepat menular yang dia ketahui selama hampir 30 tahun menjadi dokter. Tidak ada virus selain ini yang lebih menular, saat ini.

“Anda hari ini di-swab negatif. Malamnya keluar rumah terus terpapar, setelah itu diswab lagi, ya, positif. Makanya yang terpenting adalah preventif,” kata Joni kepada suarasurabaya.net di Grahadi, beberapa waktu lalu.

Tetap di rumah, sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta kalau mendesak harus keluar rumah tetap memakai masker adalah beberapa upaya pencegahan supaya tidak tertular virus.

Terakhir kali Budi kontak dengan orang terjangkit Covid-19 adalah ketika mengantar Alim, ayahnya, ke RSUA Surabaya pada 23 April lalu. Alim dan Sari, orang tua Budi, adalah pedagang daging ayam di Pasar Simo yang mula-mula terjangkit korona.

Bisa saja sejak mengantar ayahnya, sudah ada virus yang masuk ke dalam tubuhnya, tetapi belum memunculkan reaksi. Artinya, masa inkubasi virus yang menjangkiti lebih dari 5 ribu masyarakat Jawa Timur, bisa jadi lebih dari 14 hari.

Joni mengatakan, hasil penelitian ITD Unair terhadap virus SARS CoV-2 yang ada di Jatim, strain virus di Bumi Majapahit ini diketahui berbeda dengan strain virus SARS CoV-2 yang ada di Wuhan atau di Eropa.

“Unair menemukan strain virusnya berbeda. Ya, mungkin saja masa inkubasinya lebih panjang dari yang selama ini menjadi standar di WHO. Belum ada hasil penelitian yang bisa memastikan,” katanya.

Karena itulah, selama vaksin Covid-19 belum ditemukan, Joni menekankan agar masyarakat Jatim tidak lengah dan terus disiplin menerapkan protokol kesehatan, pakai masker, dan jaga jarak.

Seperti yang berkali-kali Rina tekankan, mereka sekeluarga sudah menerapkan itu semua. Karena itu Rina masih menyimpan rasa tidak percaya, hasil tes swab suaminya ternyata positif.

Rina juga masih merasa cemas. Minggu sore 30 Mei, Wakil Direktur rumah sakit swasta di Kecamatan Tambaksari itu memintanya untuk menelepon. Perempuan itu bilang, Rina harus tetap membayar biaya penanganan terhadap suaminya.

Wakil direktur itu akhirnya mematok, setidaknya Rina bisa membayar pengganti biaya penanganan suaminya sebesar Rp15 juta saja, yang nanti akan diganti ketika klaim ke Kemenkes sudah cair. Rina pun menceritakan kondisi keuangannya.

Uang sebanyak Rp15 juta tidak bisa diistilahkan dengan kata “saja” bagi dirinya. Dia dan suaminya yang sebelum pandemi Covid-19 berdagang daging ayam di Pasar Balongsari Surabaya, sudah sebulan lebih tidak berjualan.

“Aku bilang, saya mampunya cuma Rp5 juta. Sebenarnya aku punya tabungan, tapi aku bilang itu untuk nanti kalau suamiku pulih dan kami masih belum bisa bekerja karena masih harus isolasi mandiri di rumah,” katanya kepada suarasurabaya.net.

Tidak berselang lama, Minggu petang itu, setelah sembilan hari delapan malam Budi menjalani perawatan, dokter yang menangani mengabarkan bahwa suaminya meninggal tepat pukul 17.50 WIB.

Setelah mengucapkan duka cita, dokter memintanya datang ke rumah sakit untuk menuntaskan sejumlah administrasi dan menunggu pemulasaraan jenazah suaminya sebelum dimakamkan.

Setelah menguatkan hati, Rina berangkat ke rumah sakit. Dalam keadaan berkabung itu, dia masih memikirkan tentang pernyataan wakil direktur rumah sakit swasta itu, meski dia sudah menyiapkan sejumlah uang.

Dokter Dodo Anondo Ketua PERSI Jatim yang mengetahui kondisi Rina membantunya menghubungi pihak rumah sakit agar sebisa mungkin rumah sakit tidak memaksa keluarga untuk membayar biaya.

“Kami tidak bisa intervensi kebijakan masing-masing rumah sakit. Rumah sakit sekarang ini (di tengah pandemi Covid-19) memang sudah dedel duel. Kedodoran. Agak sulit kondisinya,” ujarnya.

Dodo tetap mengupayakan agar pihak rumah sakit mau memberi keringanan. Sampai akhirnya dia pun memastikan, bahwa pihak rumah sakit telah sepakat, Rina tidak perlu mengeluarkan biaya.

Setelah mengurus sejumlah administrasi di rumah sakit, Rina segera memesan peti mati dan menelepon Dinas Sosial Kota Surabaya untuk meminta bantuan ambulans dan pemakaman jenazah.

Rina lega dia memang tidak harus membayar biaya sepeser pun sebagai pengganti biaya penanganan suaminya. Tetapi kelegaan itu semu. Air matanya tak lagi mampu dia bendung.

Rina turut serta ke pemakaman. Dalam perjalanan itu, wajah suaminya ketika terakhir kali mereka bertemu di IGD rumah sakit swasta itu kembali berkelebat. Dia pejamkan matanya yang sembab.

Perempuan yang sejak hari itu menjanda, menyaksikan proses pemakaman jenazah suaminya oleh petugas Dinsos Surabaya dari jarak jauh. Karena Covid-19, dia tidak bisa melihat wajah damai suaminya untuk terakhir kalinya.

Rina harus menghadapi kenyataan bahwa suaminya telah tiada. Covid-19 telah merenggut orang yang telah dia dampingi bertahun-tahun lamanya, juga kecemasan pada keluarga pedagang daging ayam itu.

Pulang dari pemakaman itu, dalam kondisi berduka, Rina tetap disiplin mengisolasi diri di rumah dan melaporkan tentang kematian suaminya ke puskemas, juga ke perangkat kampung tempat dia tinggal.

Hasil usulan Puskemas Balongsari, Pemkot Surabaya telah memberikan bantuan permakanan untuk Rina yang tetap diharuskan isolasi mandiri di rumah. Sayangnya, dukungan serupa tidak datang dari para tetangganya.(den/iss)

Daftar artikel “Ramadan Muram Keluarga Pedagang Daging Ayam”:

  1. Corona Merenggut Orang Tua Mereka
  2. Terjangkit Covid di Pabrik Biskuit
  3. Mencari Kesembuhan di Tengah Pandemi
  4. Berhadapan dengan Aturan Rumah Sakit
  5. Berdamai dengan Diagnosis Tak Terduga
  6. Sudah Jatuh Hampir Tertimpa Tangga
Berita Terkait

Corona Merenggut Orang Tua Mereka

Terjangkit Covid di Pabrik Biskuit

Mencari Kesembuhan di Tengah Pandemi

Berhadapan dengan Aturan Rumah Sakit

Berdamai dengan Diagnosis Tak Terduga


Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs