Jumat, 22 November 2024

Bertemu Presiden, Pekerja BUMN Perkebunan Minta Pemerintah Perhatikan Kesejahteraan

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Perwakilan pekerja BUMN perkebunan yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara (duduk berjejer di kiri), Kamis (21/2/2019) siang, bertemu Joko Widodo Presiden, di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: Farid suarasurabaya.net

Sekitar 15 orang perwakilan pekerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perkebunan, Kamis (21/2/2019), siang hari ini bertemu dengan Joko Widodo Presiden, di Istana Merdeka, Jakarta.

Dalam pertemuan itu, para pekerja BUMN yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara, menyampaikan sejumlah persoalan.

Antara lain, terkait keberlangsungan PTPN dan kesejahteraan karyawan, kepastian harga komoditi, kepastian hukum tentang hak guna usaha yang menyebabkan sengketa lahan, tingginya beban tenaga kerja, rendahnya produktivitas, gangguan keamanan produksi, isu lingkungan, dan kemajuan teknologi.

Kemudian terkait kebijakan pemerintah yang berdampak negatif terhadap pencapaian target BUMN Perkebunan, seperti kebijakan impor pangan (terutama gula), sehingga petani tebu dan produsen rugi karena anjloknya harga gula.

Tuhu Bangun Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara berharap, persoalan itu menjadi prioritas untuk diperhatikan dan segera dicarikan solusinya oleh pemerintah.

Menurutnya, perkebunan masih mempunyai pengaruh yang signifikan pada perekonomian nasional. Karena, tujuan PTPN adalah membangun ekonomi kerakyatan, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan menyumbang devisa negara.

“Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara merasa perlu untuk membedah persoalan ini, supaya antara manajemen dan serikat pekerja menjadi satu kesatuan yang kuat di dalam mempertahankan aset negara,” ujarnya di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Dengan terbentuknya Holding BUMN Perkebunan, pekerja BUMN perkebunan pertumbuhan lebih baik, daya saing PTPN Group meningkat pesat, dan memberikan kontribusi yang lebih besar untuk Indonesia.

Pada kesempatan itu, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara juga memaparkan data, sedikitnya ada 130 ribu orang karyawan tetap, dan 450 ribu orang karyawan tidak tetap (musiman dan borongan) yang bekerja di sektor komoditi tebu, teh, tembakau, dan komoditi lainnya.

PTPN Group, kata Tuhu Bangun, sekarang memiliki total luas area 1,1 juta hektare dengan status penguasaan lahan sekitar 68 persen sudah bersertifikat, 20 persen sertifikat berakhir/dalam proses perpanjangan, dan 12 persen belum bersertifikat.

Areal milik PTPN yang sudah ditanami seluas 817 ribu hektare yang terdiri dari budidaya kelapa sawit 531 ribu hektare (65 persrn), Karet 162 ribu hektare (18 persen), teh 30 ribu hektare (4 persen) , tebu 48 ribu hektare (7 persen), kopi 11 ribu hektare, Kakao 8 ribu hektare, Kapas 1400 hektare, hortikultura 6 ribu hektare, kayu 16 ribu hektare.

Dalam lima tahun terakhir, PTPN Group tercatat mendapat keuntungan dan juga sempat mengalami kerugian.

Tahun 2014, PTPN Group laba sebanyak Rp443 miliar. Lalu, tahun 2015 PTPN Group rugi Rp1 triliun, dan kembali rugi Rp 1,7 triliun pada tahun 2016.

Kemudian, tahun 2017 PTPN Group mencatat laba sebanyak Rp736 miliar, dan tahun 2018 kembali mendapat keuntungan Rp1,1 triliun. (rid/wil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs