Sabtu, 23 November 2024

TKN: Neno Warisman Juru Kampanye Capres 02 Terjebak Fanatisme Politik

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Neno Warisman. Foto: Dok/Denza suarasurabaya.net

Rangkaian kata yang disampaikan Neno Warisman Juru Kampanye Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pasangan calon presiden nomor urut 02, pada acara Munajat 212, Kamis (21/2/2019), di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, menuai kecaman berbagai pihak.

Di hadapan ribuan peserta acara, bekas penyanyi itu menyampaikan harapan (doa) supaya pihaknya (capres nomor 02) menjadi pemenang Pilpres 2019. Kalau ternyata tidak menang, dia khawatir tidak ada lagi pendukung Prabowo-Sandi yang menyembah Allah SWT.

Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin pasangan calon presiden nomor urut 01 pun merasa ada yang salah dengan pernyataan Neno Warisman.

“Bagi saya apa yang diucapkan Neno Warisman dalam acara Munajat 212 di Monas pada Kamis malam tidak pantas disebut sebagai doa. Itu cuma orasi politik yang bersifat pragmatis berkedok agama,” kata Abdul Kadir Karding Wakil Ketua TKN 01, Sabtu (23/2/2019), di Rumah Cemara, Jakarta Pusat.

Pilihan diksi dalam ucapan Neno, lanjut Karding, dibuat untuk menggiring opini publik. Seolah-olah cuma mereka kelompok yang menyembah Allah. Sedangkan kelompok lain yang berseberangan bukan penyembah Allah.

“Pertanyaan saya, dari mana Neno bisa mengambil kesimpulan itu? Apa ukurannya sampai dia bisa mengatakan jika pihaknya kalah maka tak akan ada lagi yang meyembah Allah?” tanya Karding.

Menurut politisi PKB itu, Neno Warisman adalah contoh paling gamblang bagaimana agama dijadikan kedok untuk tujuan politik.

Neno menafikan kenyataan bahwa Pak Jokowi-Maruf didukung oleh begitu banyak kiai, santri pondok pesantren, umat Islam yang juga menjalankan shalat, zakat, haji, dan berbagai kelompok lintas agama.

“Apa Neno merasa cuma dia dan kelompoknya yang menjalankan ibadah?” lanjutnya.

Lebih lanjut, Karding mengerti seorang umat beragama tidak bisa melepaskan ketentuan yang telah diatur Tuhan dalam menjalankan aktivitasnya, termasuk saat berpolitik.

Tapi, menjadikan nama Tuhan untuk tujuan politik seraya menggiring opini seolah lawan politiknya tidak menyembah Tuhan jelas merupakan hal mengggelikan.

“Apa Neno mengira bahwa surga dan Tuhan hanya utk kelompok mereka?Kalau ada yang menganggap Neno terlalu fanatik agama bagi saya itu keliru. Orang yang fanatik agama berarti mengerti betul tentang nilai-nilai esensial yang diajarkan agama, seperti menghargai, menghormati, dan menjaga perasaan sesama manusia. Bukan mengklaim seolah kelompoknya yang paling benar dan yang lain salah,” paparnya.

Bagi Karding, Neno Warisman sedang terjerat dalam fanatisme politik. Ucapannya bukan sekadar mendiskreditkan kelompok yang berlainan politik dengannya, tapi juga berani mendikte dan mengancam Tuhan. (rid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs