Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengaku tengah berkejaran dengan waktu untuk menurunkan tingginya jumlah kasus Covid-19 di Kota Pahlawan. Risma punya target, bulan Juli pandemi Covid-19 bisa mereda di kotanya.
“Insyaallah kita bisa. Makanya saya usahakan. Karena Asrama Haji ini Juni mau dipakai (kegiatan haji), itu kalau saya hitung jadwalnya. Makanya harus cepat. Karena kalau gini ya, apapun ya, dia sakit atau tidak sakit dia harus (karantina) 14 hari. Nggak bisa keluar dari situ, makanya saya sudah hitung gitu, kalau ini swab terlambat, artinya saya mundur lagi waktunya. Karena kamu sakit atau tidak sakit butuh 14 hari untuk isolasi itu,” kata Risma usai rapat paripurna di DPRD Surabaya, Kamis (28/5/2020).
Risma juga mengatakan, tengah menyiapkan RS Isolasi selain di Asrama Haji. Tapi dia berharap kasus Covid-19 bisa mereda dan tidak sampai ditempati untuk isolasi pasien lagi.
“Saya juga menyiapkan selain Asrama Haji, tapi nanti masih rahasia nanti kalau sudah (pasti). Saya ngomong dibantu doa ya, mudah-mudahan yang sini (tempat isolasi baru) tidak ditempati gitu. Karena saya khawatir kalau Asrama Haji ini digunakan, kita juga harus pergi gitu lo. Jadi saya berharap 14 hari ini, makanya swab-nya saya majukan, kalau ini nanti swab negatif , kemudian 14 hari mau kita swab lagi kalau negatif maka dia keluar di Asrama Haji,” katanya.
Dalam tes swab massal nanti, Risma telah berupaya meminjam mobil laboratoriun BNPB dan juga telah dibantu satu unit mobil PCR dari Badan Intelijen Negara (BIN). Dia berharap lima hari ini selesai untuk menuntaskan tes swab yang tersisa seribuan orang.
“Iya itu pinjem, saya ngomong, kalau tidak dikasih sudah kita pinjam aja. Akhirnya dipinjemi. Tapi yang dari BIN itu kita diberi. Saya sampaikan kalo kapasitasnya sehari, 100 atau taruhlah 200. Kalau dari BIN kapasitasnya 500 sampel. Itungan saya lima hari selesai. Karena yang belum di swab kurang lebih sekitar seribuan,” katanya.
Risma mengaku dengan bantuan PCR mobile ini bisa lebih cepat menuntaskan beberapa orang yang dalam tracing harus dipastikan terinveksi virus atau tidak. Karena Pemkot Surabaya menjadwalkan melakukan swab 2080 orang yang sebelumnya reaktif rapid test. Dalam sebulan ini baru separuhnya atau 1.155 orang dites swab.
“Mungkin hampir sebulan kita baru 50 persen, hasilnya swab,” katanya.
Pelan-Pelan New Normal
Karena masih harus menunggu progres baik dari kerja keras swab massal itu, Risma belum berani berbicara lugas soal New Normal.
“Saya harus tahu progres ini gitu lo. Kalau setelah itu kan, kita sudah mulai nyiapkan, bukan hanya new normal, tapi bagaimana terutama menggerakkan ekonomi Surabaya, masyarakat bisa bekerja bagaimana caranya, itu sudah kita fikirkan cuman masalahnya belum saat saya ngomong. Kita harus hormati para tenaga medis ini berjuang ya,” katanya.
Risma mengaku tengah memikirkan konsep New Normal yang betul-betul bisa memulihkan keadaan di Surabaya. Mulai dari sektor ekonomi warga, dunia transportasi, pendidikan dan sebagainya.
“Iya ada nanti bagaimana percepatan orang bisa bekerja. Saya kan ngomong menyiapkan tempat jualan gampang, tapi tidak semua orang bakat jualan, nanti tambah bangkrut kan susah. Termasuk pendidikan, termasuk transportasi, pelan-pelan kita siapkan itu,” katanya. (bid/bas/rst)