Perang tarif atau predatory pricing yang diarahkan kepada dua perusahaan transportasi online, Gojek dan Grab, mengakibatkan naiknya risiko keselamatan berkendara. Ini dikarenakan jika kedua perusahaan berlomba menurunkan harga, maka kualitas layanan akan turun sehingga berdampak pada keselamatan pengemudi maupun penumpang. Hal ini disampaikan Rumayya Batubara Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga.
Menurutnya, ketika hanya ada sedikit pemain dalam suatu pasar (oligopoli), maka dua model yang kemungkinan akan terjadi adalah bersaing atau bekerjasama. Jika pemain memilih bersaing, khususnya dalam sisi harga, maka yang akan dirugikan adalah kesejahteraan mitra dan keselamatan konsumen.
“Kalau bekerjasama, risikonya mereka bisa sepakat untuk menaikkan harga. Tapi kalau memilih bersaing, dan jika persaingan terlalu intens, maka harganya jadi tidak wajar karena sangat murah. Menguntungkan siapa? konsumen merasakan karena harga kompetitif, tapi kualitas pasti akan turun karena low cost carrier-nya rendah,” jelasnya kepada Radio Suara Surabaya, Rabu (6/3/2019).
Ia mencontohkan kasus yang sama pada industri penerbangan. Menurutnya, terdapat fase saat maskapai melakukan kartel dan bersepakat menaikkan tarif. Namun ada juga fase bersaing sehingga tarif penerbangan menjadi sangat rendah.
Celakanya, lanjut Rumayya, kecelakaan penerbangan yang sering terjadi adalah dari maskapai yang sering menerapkan tarif murah. Sehingga, hal inilah yang ditakutkan jika hal serupa akan terus terjadi oleh kedua perusahaan transportasi online.
Risiko lainnya, adanya sedikit pemain dalam pasar menyebabkan susahnya pemain lain masuk dalam satu industri. Ini dikarenakan bisnis dianggap tidak lagi menguntungkan karena sudah dimonopoli oleh perusahaan besar.
“Persaingan harga jadi tidak sehat, adu murah, karena tujuannya adalah menyingkirkan salah satu pemain. Jadi kuat-kuatan, siapa yang paling kuat dialah yang akan memonopoli disana. Seperti kasus maskapai, karena low cost carrier adu rendah, ada pemain yang tidak bisa mengikuti, akhirnya (maskapai, red) yang kecil-kecil seperti Merpati Air tersingkir,” tambahnya.
Untuk itu, pemerintah diharapkan ikut turun tangan dalam menyelesaikan masalah perang tarif antara perusahaan Gojek dan Grab. Ia juga menilai, pengaturan pembatasan kuota yang sudah diterapkan masih kurang efektif. Rumayya menyarankan, agar pemerintah lebih fokus pada pengaturan tarif, agar margin pendapatan para driver dan mitra seperti UMKM, bisa naik dan lebih sejahtera.
“Yang memulai perang tarif itu pasti ada, ada yang merusak harga, merusak pasar, nah itu harus ditindak. Konsumen mungkin reaktif karena merasakan harga murah, namun pemerintah harus aware siapa yang merusak di sini, agar ada persaingan yang wajar, agar ada kesejahteraan driver juga di sana,” imbuhnya.(tin/ipg)