Sabtu, 23 November 2024

Modifikasi Treadmill Gunakan Detak Jantung, Agar Optimal dan Maksimal

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Modifikasi treadmill konvensional yang digerakkan secara otomatis menggunakan detak jantung penggunanya. Foto: Humas ITS Surabaya

Dian Azmi Habibi mahasiswa Departemen Teknik Komputer ITS Surabaya membuat inovasi modifikasi treadmill konvensional menggunakan detak jantung agar hasilnya optimal dan maksimal bagi penggunanya.

Dian Azmi Habibi menciptakan sistem prototype (purwarupa) treadmill otomatis berdasarkan data detak jantung dalam penelitian Tugas Akhir (TA) nya. Data yang digunakan untuk mengontrol kecepatan treadmill diambil menggunakan sensor Photoplethysmography (PPG) pada smartwatch.

Sistem yang dibuat Dian Azmi Habibi ini dirancang menggunakan Single Board Computer (SBC) untuk kemudian dipasang ke treadmill.

Mahasiswa yang akrab disapa Habibi ini menjelaskan, olahraga menggunakan treadmill atau sering dikenal dengan sebutan treadmill workout merupakan olahraga yang mengaplikasikan gerakan jalan, jalan cepat, dan berlari.


Habibi saat mencoba treadmill yang sudah dimodifikasi menggunakan detak jantung sebagai otomatisasi operasional. Foto: Humas ITS Surabaya

Sehingga olahraga ini memiliki manfaat untuk melatih otot jantung (cardio). “Oleh karena itu, akan lebih baik jika kecepatan treadmill dapat disesuaikan dengan detak jantung penggunanya,” terang Habibi.

Dijelaskan oleh mahasiswa asal Surabaya ini, pada treadmill konvensional sudah terdapat sensor detak jantung untuk mengetahui berapa detak jantung pengguna. Namun, data sensor tersebut tidak digunakan sebagai acuan untuk mengatur kecepatan pada treadmill, melainkan hanya digunakan untuk mengetahui detak jantung penggunanya.

Oleh karena itu, lanjut Habibi, dengan menggunakan sensor PPG yang sudah terdapat pada smartwatch Xiaomi Mi Band 2, Habibi hanya perlu mengintegrasikan hasil dari pendeteksian detak jantung dengan sistem kontrol dari treadmill. Sehingga kecepatan treadmill akan menyesuaikan dengan algoritma yang sudah ditanamkan pada SBC.

“Selain detak jantung, kecepatan treadmill juga ditentukan dengan jenis kelamin, umur, dan berat badan yang sebelumnya sudah diinputkan sendiri oleh pengguna,” kata mahasiswa kelahiran Surabaya, 5 Januari 1996 ini.

Sistem yang ia kerjakan di bawah bimbingan Arief Kurniawan ST MT dan Ahmad Zaini ST MSc ini, beroperasi dengan cara menghubungkan SBC dengan smartwatch yang digunakan oleh pengguna di tangan mereka seperti jam tangan biasa. Setelah perangkat terhubung dengan SBC, smartwatch akan secara otomatis merekam detak jantung dari pengguna.

Selanjutnya, data rekaman detak jantung akan dikirimkan secara real time ke sistem kontrol treadmill. “Setelah itu, kecepatan treadmill akan naik atau turun secara perlahan-lahan setelah lima detik sesuai dengan kecepatan detak jantung penggunanya,” tambah Habibi.

Habibi juga menceritakan bahwa sebelumnya penelitian serupa pernah dilakukan di Departemen Teknik Komputer oleh salah seorang seniornya, Vika Octaviani, pada tahun 2017 lalu.

Namun, penelitian tersebut masih menggunakan Electrocardiograph (ECG) yang ditempelkan pada dada pengguna untuk merekam detak jantung. Sehingga akan menyulitkan pengguna untuk bergerak.

“Dengan menggunakan smartwatch yang hanya digunakan pengguna di tangan tentu akan lebih memudahkan pengguna untuk bergerak saat melakukan olahraga di atas treadmill ini,” pungkas Habibi, Jumat (8/3/2019).(tok/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs