Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim, total terdapat 17 kabupaten/kota yang terdampak banjir dan menimpa 15.280 kepala keluarga (KK). Ini dikarenakan hujan serentak yang terjadi di Jatim, yang merupakan dampak dari gelombang atmosfer yang mulai menuju ke wilayah Samudera Hindia.
“Berdasarkan analisa BMKG, gelombang atmosfer bergerak ke Samudera Hindia dan meningkatkan potensi curah hujan yang dilalui, termasuk Jatim. BMKG memperkirakan hujan di Jatim tanggal 6 Maret, dan benar di situ ada banjir di 15 kabupaten/kota, lalu 7 maret tambah dua kota, Banyuwangi dan Kediri, total 17 kabupaten,” kata Subhan Wahyudiono Kepala BPBD Provinsi Jawa Timur kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (9/3/2019).
Menurutnya, tingginya curah hujan di Jatim membuat hampir 42 persen wilayah di Jatim terjadi banjir. Hingga Sabtu pagi ini, ada beberapa daerah yang masih ada genangan hingga 40 sentimeter. Namun ada juga beberapa daerah yang mulai surut.
Beberapa wilayah yang sudah surut total diantaranya Blitar dan Jember. Sedangkan di Kediri, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek dan Tuban, air sudah mulai surut. Lalu beberapa daerah lain seperti Tulungagung, Lamongan, Gresik masih ada genangan air.
“Di Lamongan seperti di Kecamatan Maduran masih ada genangan tertinggi 50 sentimeter. Gresik tertinggi masih 40 sentimeter, di Kecamatan Bungah 30 sentimeter. Di Tulungagung Kecamatan Boyolangu genangan masih ada 30 sentimeter,” imbuhnya.
Untuk itu, BPBD Jatim masih melakukan pengiriman bantuan logistik ke wilayah yang terdampak. Apalagi beberapa daerah telah meminta bantuan kedaruratan kepada provinsi, seperti Magetan, Madiun, Trenggalek dan Pacitan.
Selain logistik, pihaknya juga masih terus melakukan pendampingan seperti pendampingan tim kesehatan, meski beberapa pengungsi sudah mulai kembali ke rumahnya masing-masing.
Menurutnya, petugas kesehatan masih disiapkan untuk mengantisipasi adanya penyebaran penyakit pascabanjir.(tin/ipg)