Sejak kasus pandemi Covid-19 ditemukan di Indonesia, pemerintah menghentikan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan meminta seluruh pelajar melakukan pembelajaran daring dari rumah. Pinky Saptandari Dosen Antropologi Gender Unair mengatakan, hingga tiba saatnya para siswa ini kembali ke sekolah, muncul kekhawatiran dari orang tua tentang apakah anak-anak mereka dapat menjaga diri dengan baik dari virus Covid-19.
Menurutnya, hal ini menjadi pekerjaan rumah (PR) sendiri bagi orang tua dan pihak sekolah untuk tetap menerapkan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker dalam kehidupan sehari-hari meski pandemi Covid-19 sudah berakhir.
“Ini menjadi PR yang tidak mudah bagi orang tua. Saya ditelepon seorang ibu yang agak cemas kalau anaknya ke sekolah lagi, ‘apakah sekolah bisa melindungi seperti kami di rumah’?,” kata Pinky yang juga Ketua Umum Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Provinsi Jawa Timur kepada Radio Suara Surabaya, Kamis (21/5/2020).
Menurutnya, memang ada perubahan dari perilaku orang tua sejak anak mereka belajar di rumah. Awalnya, mereka kebingungan dan tidak siap karena mengalami kesulitan membantu belajar anak-anak mereka. Tapi saat ini, para orang tua mulai beradaptasi dan lebih terbiasa dengan keadaan saat pandemi.
Namun, saat anak mereka nantinya kembali ke sekolah, para orang tua menjadi khawatir apakah pihak sekolah dapat menerapkan pencegahan Covid-19 dengan baik atau tidak. Begitu juga dengan anak-anak, apakah mereka dapat menjaga diri dengan baik atau tidak.
“Tapi saat akan balik ke sekolah, apa yang harus dilakukan? Mungkin kita harus belajar dari negara lain yang mulai melonggarkan dengan kembali ke sekolah. Maka standar kesehatan, kebersihan, harus dilakukan secara bersama-sama antara sekolah dan orang tua. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus menyesuaikan dengan situasi yang ada,” ujarnya.
Tantangan ini tidak berhenti di sana. Tetapi juga bagaimana anak berkebutuhan khusus (ABK) mendapat perlindungan dari penyebaran virus.
“Yang menjadi repot, bagaimana jika anaknya berkebutuhan khusus? Ini jadi PR yang lebih berat lagi baik bagi guru maupun orang tua,” tambah Pingky.
Apalagi, lanjutnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak bisa menjamin virus Covid-19 nantinya akan benar-benar hilang. dr Mike Ryan Direktur kedaruratan WHO sebelumnya memperingatkan bahwa virus Covid-19 tak akan hilang, meski nantinya sudah ada vaksin.
Sehingga menurut Pinky, penting untuk masyarakat bersama-sama mengubah pola pikir dan perilaku untuk menyambut tatanan kehidupan baru yang marak disebut sebagai new normal, karena masyarakat tidak bisa sepenuhnya kembali seperti sebelum pandemi.(tin/ipg)