Sabtu, 23 November 2024

Dicari, Penyintas Covid-19 di Jatim yang Mau Donorkan Plasma Darahnya

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Dokter Joni Wahyuhadi Ketua Gugus Kuratif Covid-19 Jatim di Grahadi, Rabu (20/5/2020). Foto: Denza suarasurabaya.net

Salah satu tantangan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Jatim saat ini adalah menurunkan tingkat kematian dan meningkatkan tingkat kesembuhan pasien Covid-19.

Berdasarkan data termutakhir pada Rabu (20/5/2020), rasio kematian pasien Covid-19 di Jatim setara 9,7 persen atau mencapai 243 kasus kematian dari total 2.491 kasus infeksi Covid-19.

Sedangkan angka kematian nasional hanya 6,4 persen. Ada 1.242 jiwa yang meninggal dari total jumlah infeksi Covid-19 di Indonesia sebanyak 19.189 kasus. Artinya, rasio kematian di Jatim lebih tinggi.

Rasio kesembuhan juga begitu. Secara nasional kesembuhan mencapai 23,8 persen (4.575 orang sembuh). Sedangkan di Jatim hanya 16,1 persen (403 orang yang sembuh). Jatim lebih rendah.

“Yang kita hadapi hari ini, kami melihat khususnya di beberapa kabupaten/kota, case fatality rate (CFR)-nya naik, recovery-nya turun. Angka kematian meningkat, kesembuhannya turun,” ujar Joni Wahyuhadi.

Ketua Tim Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jatim itu pun mengakui, dr Terawan Agus Putranto Menteri Kesehatan sempat mengontak Pemprov Jatim menanyakan kenapa hal itu bisa terjadi?

“Dua hari lalu Pak Menteri (kesehatan) mengontak kami, kenapa di Jatim terjadi itu? Lalu kami usulkan, kami akan melakukan uji klinis terhadap obat seperti avigan dan plasma convalescent,” ujarnya.

Beberapa obat penurun gejala Covid-19 selain Avigan adalah Chloroquine, Tamiflu, juga Pil Kina sebagai suplemen yang sedang dikembangkan di Indonesia. Juga Plasma convalescent.

Plasma convalescent adalah plasma darah dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh, yang kemudian diberikan sebagai terapi kepada pasien Covid-19 dengan gejala klinis berat.

Pemberian plasma itu telah diuji coba di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto dengan hasil positif. Sejumlah pasien dengan gejala berat mampu melewati masa kritis.

Sebenarnya, pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) sejak awal Mei lalu sudah menguji klinis beberapa obat itu.

Dokter Joni sebagai Ketua Tim Kuratif menyatakan, saat ini RSUD dr Soetomo yang dia pimpin dan RS Unair sedang melakukan hal yang sama. Hanya saja, mereka menghadapi beberapa kendala.

“Kesulitan kami untuk plasma convalescent ini pendonornya. Kalau avigan pada barangnya. (Ketersediaan) obatnya. Pak Menteri berjanji, dalam waktu dekat akan membantu,” ujarnya.

Joni sudah berkomunikasi dengan Kemenkes, bantuan obat Avigan untuk Jatim akan segera dikirimkan. Juga plasma convalescent yang banyak tersedia di RSPAD Gatot Subroto.

Sebenarnya, Joni mengakui, tanpa menunggu bantuan plasma darah dari Jakarta, Pemprov bisa dapat plasma dalam jumlah besar kalau 403 orang penyintas Covid-19 mau berdonor.

“Memang ada beberapa (pasien sembuh) yang mau. Tetapi golongannya, kan, harus sesuai. Ya, Jatim memang perlu itu. Kalau mau, siapa yang pernah kena Covid-19 boleh donor,” kata Joni.

Namun, pemberian obat-obatan kepada pasien Covid-19 bergejala berat, kata Joni, adalah upaya di tingkat hilir. Upaya yang menurutnya perlu digalakkan justru di tingkat hulu.

“Kalau kasusnya masih banyak, repot juga. Jadi yang harus ditingkatkan adalah pencegahan di hulu. Dengan disiplin menerapkan physical distancing, pakai masker, dan lain-lain,” tegasnya.

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur, dalam pemberian bantuan alat kesehatan untuk sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 itu, juga mengatakan soal kedisiplinan masyarakat.

Mantan Menteri Sosial itu mengaku sempat mendapat pesan WhatsApp dari salah seorang dokter senior di Jawa Timur. Bunyinya cukup miris dan menyentil kesadaran masyarakat.

“Dokter senior itu WA saya. Bagaimana kalau dokter stay at home, karena masyarakat stay outside. Ini, kan, sebetulnya sesuatu yang dalam menurut saya,” kata Khofifah.

Apa yang ingin disampaikan dokter itu kepadanya, berapa banyak pun dokter spesialis paru di Jatim, berapa banyak pun tempat tidur dan rumah sakit rujukan, tidak akan pernah cukup.

“Enggak akan nutut kalau tidak ada kedisiplinan menjaga wajib pakai masker, physical distancing, tinggal di rumah, cuci tangan dengan air mengalir,” katanya.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs