Pada setiap tanggal 17 Mei rakyat Indonesia merayakan Hari Buku Nasional (Harbuknas). Hal tersebut diadakan untuk memperingati pentingnya budaya membaca. Peringatan ini dimulai sejak tahun 2002 oleh Abdul Malik Fadjar Menteri Pendidikan kala itu. Penetapan Hari Buku Nasional didasarkan bertepatan dengan momentum hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 17 Mei 1980.
Sehubungan dengan hal tersebut, Hetifah Sjaifudian wakil ketua Komisi X DPR RI yang membawahi Perpusnas mengatakan, momentum ini sebaiknya digunakan untuk merefleksikan kembali budaya membaca.
“Saat ini kita merayakan Harbuknas di tengah pandemi. Waktu di rumah dapat kita gunakan untuk lebih meningkatkan kebiasaan membaca seluruh anggota keluarga,” ujar Hetifah di Jakarta, Senin (18/5/2020).
Dia mengatakan, minat baca biasanya dibentuk sejak usia dini. Oleh karena itu, peran orangtua dan keluarga sebagai pendidik pertama dan utama sangat besar dalam menanamkan kebiasaan ini.
“Minat Baca Buku harus dipupuk sejak usia dini. Tugas orang tua adalah mendorong anak mengeksplorasi buku, untuk menjawab rasa penasaran dan keingintahuan mereka. Tidak perlu dibatasi hanya buku pelajaran saja. Biarkan anak melihat buku sebagai sarana bermain, bukan hanya sarana belajar dan mengerjakan tugas saja,” jelas Hetifah.
Selain dari rumah, Ia juga berharap kebiasaan gemar membaca harus dilanjutkan juga di sekolah.
“Sekolah harus lebih banyak memberikan kesempatan membaca dan mendiskusikan isi buku. Dorong adanya klub-klub buku di kalangan siswa. Jadikan kegiatan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan. Jika anak senang buku cerita, maka berilah buku cerita. Jika senang buku bergambar, berilah buku bergambar,” paparnya.
Hetifah juga menjelaskan bahwa untuk menanamkan budaya gemar membaca tidak membutuhkan biaya yang mahal.
“Sekarang sudah ada aplikasi iPusnas dari Perpusnas, gratis. Kita bisa membaca ribuan judul buku dan baca kapan saja, di mana saja. Saya harap seluruh lapisan masyarakat dapat memanfaatkan ini,” tegasnya.
Hetifah berharap, Perpusnas dapat memberikan sosialisasi lebih lanjut mengenai adanya aplikasi ini.
“Karena ternyata di masyarakat kita banyak yang belum tahu, padahal mungkin banyak yang berminat dengan akses buku gratis. Koleksinya juga mencakup buku-buku populer. Media juga harap bantu menyebarkan,” pungkas Hetifah. (faz/ang/ipg)