Sabtu, 23 November 2024

Kebanjiran Pasien Rujukan, IGD dr Soetomo Sempat Tutup Sementara

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Dokter Joni Wahyuhadi Direktur Utama RSUD dr Soetomo Surabaya di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Minggu (17/5/2020). Foto: Denza suarasurabaya.net

Dokter Joni Wahyuhadi Direktur Utama RSUD dr Soetomo Surabaya mengklarifikasi kabar bahwa Instalasi Gawat Darurat (IGD) sudah tidak menerima pasien pada Minggu (17/5/2020). Dia tegaskan itu tidak benar.

IGD RSUD dr Soetomo, kata dia, memang sempat tidak menerima pasien untuk sementara waktu karena masih ada sejumlah pasien diduga Covid-19 di ruangan itu yang belum masuk ke ruangan isolasi.

“Ini fenomena menarik tentang sistem rujukan. Jadi tadi malam (Sabtu 16 Mei), yang terjadi di Soetomo, saya tahu persis, ada kedatangan pasien dengan (dugaan) Covid-19 yang cukup banyak,” ujarnya dalam konferensi pers di Grahadi, Minggu malam.

Joni bilang, sejak Sabtu sore sampai malam, total ada sebanyak 39 orang pasien yang datang ke IGD RSUD dr Soetomo. Ada sebagian yang datang sendiri, sebagian lainnya diantarkan dengan ambulans.

“Sebagian dibawa tim KMS 112 (command center Pemkot Surabaya) tanpa komunikasi dengan call center di Soetomo. Pasien dibawa begitu saja, ditaruh di IGD, terus ditinggal,” katanya.

Karena itulah, kata Joni, sampai Minggu pagi sekitar pukul 08.00 WIB-08.30 WIB, di jam seharusnya berlangsung disinfeksi ruangan, masih ada 35 orang pasien di IGD belum masuk ruang isolasi.

“Jadi, yang seperti itu (merujuk pasien tanpa komunikasi) menyebabkan petugas kerepotan menempatkan mereka di mana, supaya tidak menular ke tempat lain. Kawan di IGD pun meminta jeda waktu,” ujarnya.

Sejumlah perawat menulis pemberitahuan di atas kertas yang ditempel di kaca pintu masuk IGD, bahwa sementara waktu IGD tidak menerima pasien baru karena masih ada pasien Covid-19 belum dapat kamar.

Tulisan perawat yang meminta jeda waktu seperti yang dinyatakan dr Joni. Foto: Istimewa

“Saya tidak tahu, siapa yang motret, kemudian disebarkan. Dikira UGD-nya tutup. Padahal ini (hanya) jeda waktu untuk melakukan evakuasi dan disinfeksi ruangan,” katanya.

Selama jeda tidak menerima pasien baru itu, para perawat dan petugas di IGD RSUD dr Soetomo melakukan disinfeksi dan menyiapkan ruangan pasien akut sebagai ruang isolasi tambahan.

“Karena ke-geruduk banyak sekali pasien, kami buka ruangan yang sebelumnya untuk pasien akut, karena pasien akut tidak banyak. Mereka kami pindah dulu, yang dari IGD kami pindah ke sana,” ujarnya.

Selain mengingatkan pihak yang memotret tulisan para perawat dan memviralkan seolah IGD RSUD dr Soetomo tutup, dia juga meminta semua pihak melakukan verifikasi.

“Mohon, kalau ada hal seperti ini, tanya dulu. Kenapa ada hal seperti itu? Lalu kepada siapapun yang melakukan rujukan, kontaklah dulu. Di RSUD dr Soetomo ada empat call center semua sudah tahu.

“Ada call center, ada screening center, ada Covid-19 screening center, semua rumah sakit tahu. Tim 112 program KMS juga tahu. Enggak etis kalau pasien dibawa ke UGD, ditaruh begitu saja, kemudian ditinggal,” ujarnya.

Menurutnya, perilaku rujukan seperti itu menyalahi peraturan menteri kesehatan (PMK) 1/2012 tentang rujukan. Secara etika, kata dia, perilaku seperti itu juga tidak baik.

Soal apa yang terjadi di RSUD dr Soetomo, terutama tentang pasien rujukan tanpa komunikasi, Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim menegaskan pentingnya menjaga tata krama dan mematuhi mekanisme rujukan sesuai regulasi.

“Kalau membawa pasien tidak dikoordinasikan, masing-masing lembaga itu ada komandannya. Masing-masing lembaga punya (aturan) tertib administrasi. Kasihan juga pasien ditaruh kemudian ditinggal,” ujarnya.

Dia meminta kepada setiap tim agar memahami ini. Agar masing-masing tim menghormati institusi yang punya regulasi tentang sistem rujukan, yang juga sudah termuat dalam PM Kesehatan.

“Sehingga tidak mengantar kemudian taruh sana. Ini rumah orang. Ini institusi, ada yang memimpin. Ini institusi punya mekanisme. Tolonglah, masing-masing kita saling menjaga, saling mencari solusi dalam situasi seperti ini,” katanya.

Pada kesempatan itu, Khofifah juga membaca aturan yang ada di dalam Peraturan Pemerintah 21/2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, terutama soal koordinasi antardaerah.

“Karena itu, saya ingin mengajak kita semua mari menjaga tata krama kehidupan,” ujarnya.

Pemkot Surabaya Hanya Merujuk Lima Pasien Korban Kecelakaan

Mohammad Fikser Koordinator Komunikasi Gugus Tugas Covid-19 Surabaya membantah bahwa tim Command Center 112 mengantar pasien diduga Covid-19 tanpa komunikasi.

Fikser memastikan bahwa yang diantar oleh Tim 112 Pemkot Surabaya ke RSUD dr Soetomo Surabaya hanya enam orang pasien. Itupun bukan pasien Covid-19, melainkan korban kecelakaan lalu lintas.

“Saya sudah tanya ke jajaran command center 112, tim kami hanya mengantarkan enam pasien pada 16 Mei sampai 17 Mei ini. Itupun pasien kecelakaan,” ujarnya kepada suarasurabaya.net.

Dia sebutkan data pasien itu. Pertama, korban kecelakaan di Jalan Panglima Sudirman Surabaya pada Sabtu malam pukul 22.08 WIB. Ada dua orang pasien yang dibawa ke IGD RSUD dr Soetomo.

Selanjutnya, ada satu pasien yang terlibat kecelakaan pada Minggu pagi pukul 03.17 WIB. Lokasinya di Jalan Pasar Kembang Kelurahan Wonorejo Kecamatan Tegalsari Surabaya.

Pasien keempat adalah orang yang terlibat kecelakaan pada Minggu pagi sekitar pukul 06.43 WIB di Jalan Legundi, Kelurahan Ketabang, Kecamatan Genteng, Surabaya. Pasien juga diantar ke IGD RSUD dr Soetomo.

Lalu dua pasien lainnya, masing-masing terlibat kecelakaan di Rungkut Mapan Timur pada 09.35 WIB dan kecelakaan di Jalan Dukuh Kupang Barat pada pukul 14.13 WIB. “Jadi hanya ada enam pasien, tidak sampai 39 pasien,” kata Fikser.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs