Surabaya menjadi daerah paling rawan penyebaran narkoba dibanding kabupaten/kota lain di Jawa Timur. Hal ini disampaikan oleh Brigjen Pol Bambang Priyambada Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur.
“Jatim paling rawan (narkoba, red) di Surabaya. Baru disusul daerah-daerah lain seperti Mojokerto, Madura, Jember, Madiun. Ini sedang berkembang disana,” kata Brigjen Pol Bambang kepada Radio Suara Surabaya, Jumat (15/3/2019).
Ia juga menyebut, bahwa penyebaran narkoba di Jawa Timur semakin meningkat. Ini terbukti dengan adanya daerah-daerah baru yang mengalami peningkatan kasus, salah satunya di Banyuwangi.
Menurut Brigjen Pol Bambang, ini dikarenakan Banyuwangi menjadi daerah “pintu masuk” antar pulau, khususnya yang berasal dari Bali. Ditambah lagi adanya penerbangan baru dari Kuala Lumpur yang langsung menuju Banyuwangi menambah faktor meningkatnya peredaran narkoba yang berasal dari luar negeri. Kasus yang sama juga terjadi di Madura yang mana pengedaran narkoba banyak terjadi melalui jalur laut.
Sedangkan untuk mengatasi kasus narkoba di daerah-daerah, belum semua kabupaten/kota di Jawa Timur memiliki BNNK. Dari 38 kabupaten/kota di Jatim, baru 17 daerah yang memiliki BNNK. Sehingga, BNNK suatu daerah ikut mengcover daerah lain yang belum BNNK.
“Kami kekurangan kendala pemantauan. Akhirnya, daerah yang terdekat dicover. Misal BNNK di Lumajang mengcover Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jember. Kabupaten Pasuruan mengcover Probolinggo, Pasuruan Kota. Gresik ada (BNNK, red), mengcover Lamongan. Surabaya mengcover Bangkalan,” ujarnya.
Ini dikarenakan pengajuan pendirian BNNK merupakan inisiatif Pemerintah Daerah, jadi tidak semua Kabupaten/Kota memiliki BNNK terkendala bangunan dan juga personel.
Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk ikut membantu BNN dalam pemberantasan narkoba dengan ikut melapor jika mengetahui adanya peredaran.
Brigjen Pol Bambang juga meminta kepada orang tua untuk lebih memperhatikan anak-anak mereka karena pengedar saat ini menarget anak-anak untuk menjadi korban selanjutnya.
“Sekarang bandar sasarannya anak remaja, anak SD juga akan disasar. Untuk mewaspadai, jangan perbolehkan anak-anak kita menerima makanan atau permen dari orang yang tidak dikenal. Kenapa anak-anak, karena mereka (bandar narkoba, red) mikirnya jangka panjang, mereka akan kecanduan dan akan membeli lagi,” ujarnya.(tin/ipg)