Dokter Joni Wahyuhadi Ketua Gugus Kuratif Penanganan Covid-19 Jatim mengakui kurva kematian pasien Covid-19 di Jawa Timur masih lebih tinggi dari angka nasional, dan kesembuhannya lebih rendah.
“Kami sudah menganalisis itu. Memang angka kematian kita memang masih di atas nasional, angka kesembuhan kita di bawah nasional. Banyak hal yang mempengaruhi ini, tapi kami pelajari lebih dalam,” ujarnya.
Dalam konferensi pers di Gedung Negara Grahadi, Jumat (15/5/2020), Joni juga menjelaskan, data yang diumumkan oleh Kementerian Kesehatan memang kematian pasien positif Covid-19.
“Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, kesembuhan dan kematian itu bergantung pada tiga hal: host, agent, and environment. Pertanyaannya, apakah viral kita lebih ganas? Itu harus dijawab nanti,” ujarnya.
Dia menyebutkan, strain virus SARS CoV-2 yang ada di Jawa Timur sudah ditemukan oleh Institute Tropical Desease (ITD/Lembaga Penyakit Tropis) Universitas Airlangga Surabaya.
“Prof Inge (ketua ITD Unair) sudah menemukan strain yang ada di Jatim. Lebih detail bisa ditanyakan ke beliau, nanti. Strain yang ada di Jatim itu lain dengan yang ada di Wuhan,” ujarnya.
Gejala klinis pasien Covid-19 di Jatim, seperti yang sudah pernah dia jelaskan, didominasi batuk. Sedangkan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, gejala klinis yang dominan adalah demam.
“Jadi lain strain lain. Perilakunya beda. Kemudian environtment (lingkungan)-nya. Termasuk di sini sarana kesehatannya. Sarana kesehatan kita apakah memang perlu dibenahi? Kami sedang mengecek,” katanya.
Yang ketiga adalah host (sel inang)-nya. Host atau sel inang yang dia maksud adalah sel inang virus di dalam tubuh orang terjangkit. Penyakit bawaan menurutnya sangat mempengaruhi.
“Premorbid yang paling banyak di kita kebanyakan hipertensi, jantung, diabetes, gagal ginjal. Memang frekuensinya di kita (Jatim) cukup banyak. Itu mempengaruhi mortalitas,” ujarnya.
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan selain tiga faktor yang sudah dia sebutkan di atas adalah tentang recording (perekaman) dan reporting (pelaporan) kasus Covid-19.
“Jawa Barat turun drastis itu karena mereka program testing-nya (tes cepat maupun PCR) memang masif, ya. Sudah dua kali PSBB. Nah ini, kan, kami sudah punya PCR cukup banyak,” ujarnya.
Tes PCR di Jawa Timur akan lebih massif. Joni berharap, orang yang didiagnosa dengan PCR bisa lebih banyak. Sedangkan pada saat bersamaan, Pemprov juga menyiapkan lebih banyak ruang isolasi.
“Dengan PCR itu, kami berharap denominator (populasi)-nya semakin banyak, seiring dengan penambahan bed (tempat tidur) di rumah sakit, sehingga lebih cepat penanganannya,” ujarnya.
Kamis (14/5/2020) kemarin, Alvara Research salah satu lembaga riset di Indonesia mengeluarkan hasil risetnya tentang angka kematian dan kesembuhan pasien Covid-19 di Jawa Timur.
Jawa Timur, menurut Alvara Research, menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang di luar episentrum, yang memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari angka nasional dan tingkat kesembuhan lebih rendah dari nasional.
Berdasarkan data kemarin tingkat kematian di tingkat nasional berada di angka 6,51 persen. Sedangkan kematian di Jatim mencapai 9,69 persen. Sedangkan kesembuhan nasional 21,97 persen, Jatim hanya 15,82 persen.
Pada Jumat angka kematian di Jatim tidak terlalu banyak berubah. Pasien terjangkit Covid-19 yang meninggal di Jatim setara 9,63 persen. Sedangkan yang sembuh 15,72 persen.
Hasanuddin Ali Pendiri Alvara Research menyatakan, Jawa Timur adalah satu-satunya daerah dengan data seperti itu di Indonesia. Meski Sumatera Utara provinsi yang jumlah kematian lebih tinggi dari nasional, tapi kesembuhannya lebih tinggi dari nasional.
Ada tambahan 63 kasus positif Covid-19 di Jatim pada Jumat. Secara kumulatif jumlah kasus di Jatim menjadi 1.921 kasus. Sebanyak 1.434 orang (74,65 persen) masih menjalani perawatan.
Penambahan kasus terbanyak pada Jumat masih dari Kota Surabaya. Ada 24 kasus tambahan dari Surabaya, diikuti Kabupaten Kediri 14 kasus, Kabupaten Madiun 6 kasus, dan Bojonegoro 5 kasus.
Tidak hanya itu, Jombang juga menyumbang 2 kasus baru, Trenggalek 2 kasus, Bangkalan 2 kasus, Kota Kediri 2 kasus, Ponorogo 1 kasus, Jember 1 kasus, Gresik 1 kasus, dan Sidoarjo 1 kasus.(den/tin)