Ubaya Webinar Covid-19 Series, hadirkan Dubes RI untuk Vietnam mengupas keberhasilan negeri itu menekan korban selama pandemi Covid-19, dan kini masyarakat mulai kembali beraktivtas normal.
Fenomena keberhasilan Vietnam menekan koban pandemi Covid-19, menjadi pembahasan Webinar Universitas Surabaya, menghadirkan nara sumber H.E. Ibnu Hadi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Sosialis Vietnam.
Webinar mengungkap rahasia sukses Vietnam ini dipandu Ir. Benny Lianto, MMBAT., Rektor Universitas Surabaya (Ubaya), yang merupakan bagian rangkaian Ubaya Webinar Covid-19 Series yang diprakarsai Direktorat Kerjasama Kelembagaan Ubaya, bertema: How Does Vietnam Minimize Its Covid-19 Patients: Sharing Session From The Ambassador.
Satu diantara kunci sukses Vietnam, menurut Ibnu Hadi, adalah kecepatan melakukan trace back (pelacakan) terhadap pasien yang terindikasi positif. Aparat di sana bergerak cepat sekali, dan jejak pasien positif dilacak sampai begitu jauh dan luas. Data pelacakan itu juga disebar ke media, sehingga menimbulkan kewaspadaan bagi masyarakatnya.
Ibnu Hadi mencontohkan ada dua turis Eropa yang melakukan perjalanan dari kota Hanoi ke kota Danang, yang merupakan satu diantara destinasi wisata di Vietnam. Keduanya ternyata diketahui positif terpapar Covid-19.
“Aparat di sana bergerak cepat sekali. Begitu ketahuan, jejak mereka langsung ditelusuri, Sebelumnya pergi ke mana, makan di restoran apa, tidur di hotel apa, sampai pijat di mana. Dari situ cerita langsung ketahuan. Restoran tempat mereka makan sebelumnya langsung ditutup, langsung sepi,” papar Ibnu, Kamis (14/5/2020).
Vietnam cepat menanggulangi pandemi ini, lanjut Ibnu diantaranya karena sistem politik memungkinkan (sosialis komunis), law enforcement, dan pengawasannya berjalan efektif. “Kalau pemerintah bilang jangan keluar jalanan langsung sepi. Ada speaker di jalan-jalan yang terus memberi pengumuman,” ujar Ibnu.
Ibnu melihat bahwa pengawasan yang dijalankan pemerintah Vietnam langsung juga masuk ke ranah privat. Jadi, orang atau masyarakat seringkali merasa privasinya dilanggar.
“Jadi jika seseorang terkonfirmasi positif, pemerintah akan cepat dan tanggap menangani kasus tersebut. Kita lacak pasien sebelumnya pergi kemana, sedang apa, dan semuanya itu didata. Setelah itu, Vietnam akan menutup tempat yang diduga lokasi penyebaran virus. Begitu pula dengan perusahaan akan ditutup jika ada salah satu karyawannya dinyatakan positif Covid-19,” tambah Ibnu.
Aktivitas masyarakat di berbagai sektor saat ini memang mulai aktif beroperasi dan berangsur pulih. Penggunaan transportasi domestik, tempat ibadah, pedagang, aktivitas entertainment dan olahraga mulai dilakukan kembali oleh masyarakat. Namun, kebijakan pemerintah tetap dilakukan dalam menekan angka penyebaran Covid-19.
“Walaupun relaksasi, ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi oleh masyarakat seperti tetap mengikuti himbauan menjaga kebersihan dan social distancing. Selain itu, ativitas di dalam ruangan juga dibatasi sebanyak 20 orang, sedangkan di luar ruangan tidak boleh melebihi 30 orang. Begitu juga dengan tempat ibadah mulai dibuka tetapi kami batasi jumlah umatnya dan tetap melarang kegiatan masyarakat yang mengundang massal,” tegas Ibnu.
Ibnu mencoba menjelaskan perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari jumlah data perkembangan terkait kasus Covid-19 di Indonesia dan Vietnam. Vietnam telah melakukan tes spesimen sebanyak 261.004 sedangkan Indonesia hanya terdata 119.728.
Pada kasus Covid-19, Vietnam cukup serius dalam menangani warga yang terkonfirmasi positif. Berbagai hal dan kebijakan dilakukan pemerintah dalam mencegah penyebaran virus, satu diantaranya dengan trace back atau melacak kembali kondisi atau riwayat pasien. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi local transmission atau domestic transmission lebih luas.
Penanganan yang dilakukan oleh Vietnam dibagi menjadi dua tahap yaitu preventif dan kolektif. Pada tahap preventif pemerintah harus cepat, tanggap, dan antisipatif dalam menangani pasien Covid-19. Tracing back dilakukan dengan terdata dan warga Vietnam kooperatif dalam membantu pemerintah dengan mematuhi kebijakan serta peraturan yang dibuat.
Selanjutnya, tahap kolektif merupakan kebijakan yang dibuat untuk warga yang terkonfirmasi positif dan wajib menjalani perawatan di rumah sakit hingga dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Selain membahas data dan rahasia penanganan pasien di Vietnam, pemaparan lain pada webinar adalah berkaitan dengan langkah-langkah memulihkan ekonomi. Ada beberapa kebijakan yang telah pemerintah lakukan dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi negara.
Pertama, pemerintah mulai membuka aktivitas masyarakat dalam kegiatan ekspor barang. Kedua, pemerintah melaksanakan online business dialogue dengan komunitas bisnis untuk menggenjot produktivitas setelah pandemi Covid-19.
Ketiga, aktivitas promosi wisata mulai dilakukan dengan membuat inovasi di bidang pariwisata virtual. Wisatawan dapat melihat tempat wisata hingga kuliner favorit yang berada di Vietnam secara online dengan mengakses https://vietnam.travel/things-to-do/stay-at-home
Sementara itu ditambahkan Ir. Benny Lianto, MMBAT., Rektor Ubaya bahwa setiap negara memang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. “Tetapi melalui webinar ini, kami berharap partisipan mendapat wawasan dan mengambil beberapa hal yang bisa dijadikan contoh untuk diterapkan di Indonesia,” kata Benny Lianto.
Sekadar catatan, mengapa Vietnam dianggap sebagai negara di Asia tenggara yang amat sukses menanggulangi pandemi Covid-19?? Data per 12 Mei 2020 menyebutkan, jumlah pasien positif Covid-19 di negeri itu hanya 288 orang, dan tidak ada pasien yang meninggal.
Bahkan sejak 23 April 2020 hingga webinar digelar dengan nara sumber H.E. Ibnu Hadi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Sosialis Vietnam ini, kondisi bahwa Vietnam sudah menjalankan kebijakan relaksasi dan aktivitas warga mulai kembali normal.(tok/rst)