Sejak khasiatnya viral 2018 lalu, tumbuhan kelor atau moringa oleifera di Indonesia mulai dilirik pasar internasional. Selama 1 Januari-15 Maret 2019, Jawa Timur telah mengekspor sekitar 50.885 ton daun kelor ke berbagai negara di Asia.
Beberapa negara tersebut di antaranya, Taiwan dan Tiongkok, dengan harga jual 2,8 Dollar AS atau sekitar Rp. 39.200 per kilogram. Bahkan untuk pertama kalinya, Jawa Timur kembali mengekspor 12 ton daun kelor ke Korea Selatan, Kamis (12/3/2019).
Musyaffak Fauzi Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya mengatakan, daun kelor itu diekspor dalam bentuk kering. Sebagian besar, daun kelor ini digunakan untuk obat herbal karena memiliki kandungan anti oksidan yang tinggi.
“Tumbuhan kelor yang diekspor ini, paling banyak berasal dari Desa Lekok, Pasuruan dan Pamekasan. Tapi yang paling banyak memang di Pasuruan, karena iklimnya dan lahannya cocok jadi kelor tumbuh baik di desa itu,” kata dia.
Meski berpotensi bagus di pasar ekspor, ternyata tanaman kelor ini belum masuk ke daftar 90 jenis komoditas yang telah dilaporkan secara rutin dari tingkat Kecamatan hingga Kabupaten di Jatim.
Hadi Sulistiyo Kepala Dinas Pertanian Jatim mengatakan, tren daun kelor baru muncul pada 2018, saat pemberitaan khasiat daun kelor ramai di media. “Setelah viral itu, lho,” kata dia.
Untuk mendukung pengembangan komoditas kelor ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim akan mulai melakukan identifikasi dan pembinaan di lapangan. Baik dari sertifikasi lahan, penerbitan SOP dan sertifikasi hasil pertanian agar komoditas kelor memenuhi standar internasional.
“Potensi sangat bagus. Maka perlu kita bina ke depan petaninya agar memenuhi standar ekspor ke negara tujuannya. Mulai tahun 2019 ini kami akan melakukan identifikasi dan pembinaan di lapangan,” kata dia. (ang/tin)