Zulkifli Hasan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) memprediksi, titik rawan konflik Pemilihan Umum (Pemilu) tahun ini sesudah pemungutan suara dan proses penghitungan suara selesai.
Potensi terjadinya konflik di masyarakat, lanjut Zulkifli, semakin besar kalau hasil pemungutan suara antara pasangan calon presiden nomor urut 01 dan 02 bedanya tipis.
“Saya tidak khawatir dari hari ini sampai 17 April nanti. Tapi, tanggal 20 dan selanjutnya itu yang saya khawatirkan. Apalagi kalau hasilnya beda tipis dan kedua kubu capres mengklaim sama-sama menang,” ujarnya dalam kunjungan kerja di Bandar Lampung, Jumat (22/3/2019).
Untuk mengantisipasi konflik, menurut Zulkifli, berbagai bentuk kecurangan dalam pemilihan umum harus dijadikan sebagai musuh bersama.
“Syarat Pemilu damai itu sesuai Pasal 22E ayat (1) UUD NRI 1945, bahwa pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ketua MPR RI mengimbau penyelenggara (Komisi Pemilihan Umum) dan pihak kepolisian serta Tentara Nasional Indonesia (TNI) berlaku netral.
Imbauan itu juga dialamatkan kepada media massa menjaga keberimbangan dalam pemberitaan.
“Bolehlah berpihak, tetapi jangan seperti tim sukses. Kalau seperti tim sukses maka yang terjadi, publik akan lebih percaya media sosial. Jangan salahkan kalau media sosial bermanuver,” tutur Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN).
Zulhas berharap, dalam waktu yang tinggal dua puluhan hari lagi dari waktu pemungutan suara, sebaiknya media massa menyajikan konten yang menyejukkan, dan jangan melakukan provokasi. (rid/ipg)